jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan katak mini Micryletta sumatrana jenis baru dari selatan Pulau Sumatera.
Sejauh ini, menurut peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Amir Hamidy, dihubungi di Jakarta, Jumat (12/6), habitat katak tersebut hanya ditemukan di kawasan Hutan Harapan Jambi dan Sumatera Selatan serta di suaka margasatwa Gumai Pesamah, Sumatera Selatan.
BACA JUGA: Awas! Ada Gejala Baru Kasus Positif Covid-19
“Meski demikian, masih terdapat kemungkinan bahwa katak mini Micryletta sumatrana juga hidup di daerah dataran rendah lainnya di selatan Sumatera,” ujar ahli herpetologi tersebut.
Jenis katak mini itu, menurut dia, memang ditemukan di hutan jadi kemungkinan sangat bergantung pada ekosistem hutan. Karena ukurannya kecil kemungkinan mobilitasnya juga terbatas sehingga sangat rentan terhadap perubahan habitat.
BACA JUGA: 50 Persen Pasien Postif Covid-19 Masih Usia Produktif
"Populasinya belum diketahui, tapi karena tingkat perjumpaan rendah maka kemungkinan populasinya juga enggak banyak," ujar dia.
Amir mengatakan ukuran katak itu memang tergolong mini dengan panjang lebih kurang seukuran uang logam Rp1000. Katak jantan hanya memiliki tubuh 17,4 milimeter, sedangkan betinanya berukuran 22,8 milimeter.
BACA JUGA: Empat Penjemput Paksa Jenazah Positif Covid-19 Jadi Tersangka
Katak mini tersebut tidak beracun dan juga memiliki ciri morfologi bagian punggung (dorsal) yang berwarna coklat keemasan dengan sedikit bintik-bintik gelap. Bagian perut atau ventral berwarna cokelat gelap disertai corak berwarna putih krem, katanya.
Menurut Amir, karakter morfologi tersebut menjadi ciri atau pembeda utama dengan sesama anggota katak marga Micryletta lainnya. Baik dengan jenis Micryletta inornata yang dapat ditemukan di bagian utara Sumatera (Medan, Aceh) ataupun jenis Micryletta lainnya yang tersebar di kawasan India, Indochina, dan Taiwan.
“Selain itu, bagian samping kepala dari jenis baru ini berwarna coklat gelap dengan bintik-bintik putih-krem di bibir dan wilayah tengah atau tympanum. Jika tungkai belakang diluruskan, bagian artikulasi tibiotarsal dapat mencapai depan mata,” ujar Amir.
Amir mengungkapkan bahwa ada perbedaan mencolok pertama kali terlihat dari pola sentral antara katak mini Micryletta sumatrana dengan katak Micryletta yang hidup di utara Sumatera. Terdapat pola menyerupai batik atau jaring pada bagian perut katak yang ditemukan di selatan Sumatera, sedangkan katak yang ada di utara Sumatera tidak memiliki pola tersebut.
Tak hanya itu, setelah penelitian terhadap DNA, Micryletta sumatrana justru lebih menyerupai katak yang ada di Vietnam. "Bahkan perbedaan DNA-nya sudah mencapai level beda jenis, sehingga secara ilmiah ini dapat dipertanggungjawabkan sebagai jenis baru,” kata Amir.
Sejauh ini, penemuan katak jenis baru asal Sumatera berhasil dilakukan karena adanya teknologi molekuler. Teknologi molekuler memungkinkan para peneliti lebih mudah mengindetifikasi DNA katak tersebut.
“Setelah dites DNA-nya, ternyata benar beda jenis antara populasi yang ada di Sumatera bagian selatan dengan yang ada di Sumatera bagian utara,” ujar Amir. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan