Peneliti Mengidentifikasi Gen Disfungsi Ereksi

Sabtu, 05 Januari 2019 – 22:34 WIB
Ilustrasi berhubungan intim. Foto: Foredi

jpnn.com - Para peneliti telah mengidentifikasi varian genetik yang sebagian bertanggung jawab atas disfungsi ereksi, sebuah perkembangan yang bisa membantu meningkatkan perawatan, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal AS.

Pria yang memiliki salinan varian ini memiliki 26 persen peningkatan risiko menghadapi disfungsi ereksi dibandingkan dengan populasi rata-rata, kata temuan di Prosiding National Academy of Sciences.

BACA JUGA: Ini Cara-cara Alami Mengatasi Disfungsi Ereksi

"Mereka yang memiliki dua salinan varian menghadapi risiko 59 persen lebih tinggi," kata penulis utama studi tersebut dan ahli genetika, Eric Jorgenson, seperti dilansir laman MSN, Kamis (3/1).

Hasil ini didasarkan pada database 36.649 pasien di Kaiser Permanente Northern California.

BACA JUGA: Ini Posisi Bercinta demi Membantu Pria Disfungsi Ereksi

Risiko populasi rata-rata adalah satu dari lima pria, menurut sebuah studi tahun 2007 di Amerika Serikat, tetapi rasio tersebut meningkat tajam seiring bertambahnya usia.

Sekitar sepertiga dari risiko disfungsi ereksi terkait dengan faktor genetik. Menurut studi baru, varian genetik yang Jorgenson dan rekan-rekannya identifikasi adalah sebesar dua persen dari risiko.

Obesitas, diabetes dan penyakit kardiovaskular semuanya memiliki komponen genetik dan juga terkait dengan disfungsi ereksi.

"Kami tahu bahwa ada faktor lain untuk DE termasuk merokok, obesitas, diabetes dan penyakit kardiovaskular dan pria yang mengatasi faktor-faktor tersebut bisa mengurangi risiko DE," jelas Jorgenson.

"Karena wilayah yang kami identifikasi dalam genom manusia tampaknya bertindak secara independen dari faktor-faktor risiko tersebut, maka mengembangkan pengobatan baru yang menargetkan variasi di lokasi genetik ini memiliki potensi untuk membantu orang-orang yang tidak menanggapi pengobatan saat ini," pungkas Jorgenson.

Jorgenson mencatat bahwa sekitar 50 persen pria tidak menanggapi perawatan disfungsi ereksi yang tersedia saat ini. Hasil studi ini divalidasi dengan mempelajari database kedua di Inggris. (fny/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fany

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler