Anda tentu pernah mendengar hubungan antara kesehatan tulang dan kebiasaan mengkonsumsi susu. Tetapi dari sejumlah penelitian, keduanya memiliki hubungan yang sangat kompleks dan belum diketahui secara pasti apa manfaatnya.
Sejak kecil kita dianjurkan untuk meminum susu, bahkan slogan pola makanan sehat di Indonesia, yang dulu dikenal dengan 'Empat Sehat, Lima Sempurna' pun dilengkapi dengan mengkonsumsi susu.
BACA JUGA: Paus Fransiskus Tak Akan Lindungi Kardinal George Pell
Meminum susu sapi dianggap baik bagi kesehatan, terutama untuk tulang.
Meskipun kelihatannya cukup sederhana, pesan ini menjadi kontroversial, karena seberapa besar peranan susu untuk benar-benar melindungi tulang Anda?
BACA JUGA: Australia Khawatirkan Ikan Agresif yang Bisa Hidup di Darat
Ada yang berpendapat bahwa minum susu akan membantu mencegah osteoporosis, penyakit yang melemahkan tulang, terutama di usia tua.
Di sisi lain ada pula yang beranggapan bahwa susu dan produk susu lainnya tidak memiliki kemampuan mengurangi risiko pelemahan tulang, dan bahkan dapat membahayakan kesehatan Anda.
BACA JUGA: Pengalaman Siswa Jepang Homestay di Australia
Jadi siapa yang benar? Sebuah artikel pernah dimuat oleh ABC pada Desember 2014 lalu untuk melihat pendapat keduanya.
Sebuah studi dari Swedia yang dilakukan pada tahun 2014 mengawali kembalinya perdebatan bahwa asupan susu tinggi dikaitkan tidak hanya dengan peningkatan risiko pelemahan tulang, tapi juga tingkat kematian yang tinggi.
Studi tersebut diikuti lebih dari 61.000 wanita dan lebih dari 45.000 pria berusia di atas 39 tahun. Studi tersebut menemukan bahwa konsumsi susu di kalangan orang dewasa tidak melindungi dari pelemahan tulang.
Sebaliknya, meningkatkan risiko pelemahan tulang pada wanita. Peningkatan risiko kematian juga dikaitkan dengan mereka yang minum lebih banyak susu.
Namun, Profesor Robin Daly, Ketua Studi di Pusat Aktivitas Fisik dan Gizi, Deakin University, Melbourne mengatakan ada masalah soal bagaimana studi tersebut dilaporkan.
"Studi ini menyoroti bahwa susu dikaitkan dengan kematian meningkat dan kejadian pelemahan tulang. Tapi pada saat yang sama, tersembunyi juga hasil yang menunjukkan bahwa yoghurt dan keju memberikan efek yang menguntungkan," ujar Daly.
"Sayangnya kita suka meletakkan hal-hal yang kontroversial di depan."
Untuk terhindar dari penarikan kesimpulan yang terlalu cepat, perlu dilakukan penelitian yang lebih lama soal manfaat susu.
Keraguan soal manfaat susu sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh penelitian di Swedia.
Sebuah penelitian besar dari Harvard University, dengan melibatkan lebih dari 43.000 laki-laki menemukan bahwa minum susu tidak mengurangi risiko pelemahan pinggul atau lengan.
Ketika peneliti menggabungkan hasil dari penelitian ini dengan sejumlah penelitian lain, mereka masih tidak menemukan hubungan antara risiko pelemahan tulang atau fraktur dan asupan kalsium pada wanita dan laki-laki.
Review lain dari studi, termasuk analisis enam penelitian yang melibatkan 200.000 perempuan dalam penelitian Nurses 'Health Study, juga tidak menemukan hubungan antara konsumsi susu dan mengurangi risiko pelemahan tulang pada perempuan, meski para peneliti tersebut mengatakan perlu lebih banyak data juga yang melibatkan laki-laki.
Penelitian lebih lanjut di awal tahun 2014 menggunakan data dari 100.000 pria dan wanita yang menyatakan konsumsi susu di masa remaja tidak mengurangi risiko pelemahan tulang di kemudian hari.
Tapi Profesor Daly mengatakan ada keterbatasan dengan studi in, yakni bagaimana cara pemilihan orang yang terlibat dalam studi.
"Masalahnya adalah kita membuat kesimpulan yang lebih rendah dari bukti ilmiah," kata Daly.
"Sebagian besar penelitian meneliti dampak positif atau negatif dari konsumsi susu terhadap penyakit osteoporosis," ujarnya. "Ini sangat sulit [untuk menarik kesimpulan] karena banyak faktor lain yang bisa berkontribusi pada resiko osteoporosis".
Masalah ini pun dikemukakan oleh Profesor Kerrie Sanders dari Departemen Kesehatan dan Pengobatan di University of Melbourne.
"Beberapa penelitian tidak menunjukkan manfaat pasti karena saya pikir kebutuhan kalsium, seperti kebanyakan nutrisi, hanya menunjukkan manfaat jika kita memilih orang-orang yang memiliki asupan nutrisi rendah di awal penelitian," jelas Profesor Sanders.
"Juga pelemahan tulang, untungnya tidak benar-benar terjadi secara umum, sehingga penelitian perlu memilih mereka yang memiliki kadar rendah kalsium, dan juga berisiko tinggi pada pelemahan tulang," katanya.
Namun, ada pula penelitian yang merujuk pada manfaat susu yang menguntungkan tulang.
Sebuah studi yang diterbitkan awal tahun 2014oleh Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat menemukan mereka yang mengkonsumsi susu memiliki resiko mengalami pelemahan tulang 40 persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang sedikit mengkonsumsi susu.
Profesor Daly sendiri pernah melakukan penelitiannya sendiri dan menemukan berkurangnya pelemahan tulang di lengan dan punggung di kalangan pria berusia di atas 50 tahun yang mendapat asupan kalsium dan vitamin D dari susu.
Ia mengatakan perlu adanya percobaan yang membandingkan peminum susu dan peminum non-susu selama periode waktu yang panjang. Dan tentu saja penelitian ini akan berskala besar dan harus dilakukan dalam waktu yang sangat lama.
Menurutnya, untuk mendapatkan tulang yang kuat diperlukan tidak hanya vitamin D dan kalsium, tapi juga protein dan tentu saja olah raga secara teratur. Profesor Daly yakin hal ini bisa mengurangi resiko pelemahan tulang atau osteoporosis.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Boneka Mirip Tony Abbott Berkeliaran di Canberra