Penemu Obat Anti DBD Buru Hak Paten

Formav-D, Herbal Anti Demam Berdarah dari Kalbar

Jumat, 12 Maret 2010 – 18:53 WIB
JAKARTA - Fachrul Luthfi (40), warga Pontianak, Kalimantan Barat, secara tidak sengaja telah menemukan formulasi obat yang berfungsi sebagai anti-virus DBDObat yang diberi nama Formav-D itu bisa diracik dengan cepat dan hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam

BACA JUGA: Honorer Non APBN/APBD Tembus 2,5 Juta

Setelah dikonsumsi, penderita DBD langsung menunjukkan tanda-tanda sembuh


Sayangnya, hingga sekarang belum ada pengakuan atau hak paten obat temuannya tersebut

BACA JUGA: Ical Jamin Golkar Tak Ikut Boikot Menkeu

Namun pada Jum'at (12/3), Fachrul Luthfi datang ke kantor Kimia Farma di Jalan Veteran Jakarta
Sungguh bahagianya dia lantaran perusahaan tersebut memberikan respon yang sangat positif

BACA JUGA: Boediono Tak Mau Lagi Adu Kuat

Formula hasil racikan Fachrul akan dilakukan dengan pengujian serta penelitian obat.

"Pihak kimia Farma sendiri akan segera melakukan penelitian dengan obat tersebut, kemudian dalam tiga hingga enam bulan hasil dari pengkajiannya akan segera dikeluarkan, serta pembiayaan seluruhnya ditanggung Kimia Farma," kata Fachri Luthfi saat ditemui JPNN, di Jakarta, Jum'at (12/3).

Menurut alumnus sebuah Sekolah Asisten Apoteker itu, banyak wilayah di Indonesia merupakan daerah endemik dari penyakit iniWilayah Kalimantan pun tak luput sebagai daerah endemikKarenanya Fachrul mencoba mencari formula yang dapat mengobati penderita demam berdarah

Lebih lanjut Fachrul menjelaskan, obat tersebut berbahan baku jenis herbal obat tradisional yang dijual bebas di pasaran“Ada satu bahannya yang harus impor, dan harganya sendiri tidaklah mahal," kata ayah dari Imam Tajudin dan Syahid Hafadzul Karim.

Menurutnya, obat itu ditemukan secara tidak sengajaSetelah tidak lagi bekerja di perusahaan farmasi, dia masih melakukan 'hobi; dalam meracik obat, baik obat lokal maupun obat imporSejumlah kerabat dekat yang mengetahui latar belakang pendidikannya sering memanfaatkan kemampuannya ini untuk meminta dibuatkan obat alternatif.

Biasanya, saudara-saudara Fachrul meminta obat untuk sakit demam panasSetelah diberi obat racikannya, ternyata penderita sakit sembuhDi tahun 2006, seorang kerabat dekat kembali meminta pertolongannya untuk mengobati anak yang terserang DBD positif.

“Awalnya saya tidak begitu yakin ini anti virus DBD karena penyakit ini belum ada obatnyaTetapi, karena kerabat saya berikan obat formulasi herbal iniTernyata, setelah diberikan obat ini demamnya langsung turun dan stabil sekalipun hanya diberikan satu kali,” ungkap warga yang tinggal di Komplek Serasan Permai, tanjung Raya II, Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat ini.

Keesokan harinya, lanjutnya, setelah dilakukan tes laboratorium oleh seorang dokter ternyata pasien yang diberi obat racikannya dinyatakan telah negatif dari infeksi virus dengue.

Selanjutnya, pada tahun 2009, Fachrul Luthfi menceritakan penemuan ini kepada rekannya, Ali Riza Haddad yang juga pernah bekerja di perusahaan farmasiRekannya itu menyarankan agar formulasi herbal itu dikemas dalam bentuk kapsul dan takaran dosisnya diperhatikan.

“Rencananya kami ingin melakukan uji laboratorium terhadap efektifitas obat tersebut, tetapi mekanismenya sangat panjang dan perlu biaya mahal,” kata suami dari Ratna Sari.

Sementara saat itu di Kalimantan Barat, lanjutnya, pasien DBD terus bertambah dan perlu pertolongan cepatAtas pertimbangan itu, mereka memutuskan untuk melakukan uji khasiat langsung terhadap pasien yang positif DBD, terutama dari kalangan kerabat atau teman dekat.

“Bahan-bahan obat ini adalah herbal tradisionalJadi, tidak ada efek samping bagi pengguna, itulah pemikiran yang ada di benak saya, sehingga berani melakukan pengujian terhadap orang yang sedang menderita DBD,” ujar warga yang bekerja sebagai Penanggung Jawab Pedagang Besar Farmasi Kalbar ini.

Sampai sekarang, lebih lanjut dikatakannya, sudah puluhan orang yang telah merasakan khasiat dari obat racikannyaBahkan, di Agustus 2009 lalu, khasiat obat ini juga dibuktikan oleh seorang dokter yang bertugas di salah satu puskesmas dan klinik di Kota PontianakDokter yang saat itu terserang DBD juga mengonsumsi obat ini dan sembuh dengan cepat.

Berdasarkan pengalaman sang dokter yang langsung menggunakan obat tersebut, lanjut Luthfi, sapaan akrabnya, menyatakan keyakinannya bahwa obat ini merupakan anti-virus DBDSelama ini, berdasarkan cerita dari dokter yang disampaikan Luthfi, penanganan yang diberikan hanya berupa pemberian antibiotik, antipiretik dan suplemen vitamin serta pemberian asupan cairanBelum ada obat yang mematikan virus denguePrinsip perawatannya adalah membuat pasien mampu bertahan melalui masa inkubasi dengan cara mengurangi gejala atau terapi symptomatic, pemberian obat antibiotic untuk menangani infeksi sekunder dan pemberian cairan.

“Setelah dilakukan tes laboratorium dokter itu, parameter trombosit dan kekentalan darah (HCT) menunjukkan perbaikan yang signifikan,” katanyaDengan meminum Formav-D (nama yang diberikan untuk hasil temuannya-red), demam yang diderita pengidap DBD dapat segera hilang dalam waktu relatif singkatKondisi pasien langsung stabil, tidak lagi fluktuatif sebagaimana ketika dirawat secara konvensional.

Fachrul Luthfi menambahkan, untuk dewasa, dosis yang diperlukan yakni 1,5 gram sekali minum sedangkan untuk anak cukup 750 gramMengingat obat ini adalah berbahan tradisional, pihaknya tidak takut kelebihan dosis karena efek sampingnya tidak ada.(oji/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bulan Depan, Kenaikan Gaji PNS Direalisasikan


Redaktur : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler