Berdasarkan data keberangkatan haji yang dilakukan armada Garuda Indonesia, tercatat 20 persen tidak tepat waktu. Hampir rata-rata keterlambatan maskapai milik pemerintah itu mencapai 2 jam.
’’Sampai saat ini kami terus mendorong Garuda dapat memperbaiki schedule performace dalam pelayanan angkutannya. Ini penting sekali saat puncak keberangkatan haji semakin tinggi,’’ ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Bahrul Hayat di sela kunjungan di Jeddah.
.
Sampai 26 September, dia menyebutkan sudah 52 kelompok terbang (kloter) jamaah haji Indonesia yang dibawa Garuda ke Arab Saudi. Dari jumlah itu 20 persen terlambat. Bahkan, lanjut dia, penerbangan yang dialami kloter 08 Ujung Pandang mengalami keterlambatan yang sangat lama. Paling tidak terjadi selama 6 jam. Semula dijadwalkan berangkat dari Makassar jam 17.30 WITA berubah menjadi jam 22.30 WITA.
“Tentu keterlambatan itu berdampak pada masa tiba di Jeddah. Dan itu bisa membuat jamaah kelelahan selama dalam proses perjalanan,” paparnya.
Dia mengakui ada persoalan yang terjadi. Tetapi tak berarti Garuda Indonesia membiarkan. Perlu ada terobosan untuk memperbaiki performa keberangkatannya.
“Biasanya alasan keterlambatan sangat klasik. Misalkan perubahan slot time dan rotasi pesawat,” ucap Bahrul Hayat.
Tak hanya jamaah asal Makasar yang mengalami keterlambatan cukup parah. Jemaah embarkasi Solo kloter 22 dan 23 mengalami hal yang sama. Semula dijadwalkan berangkat jam 10.45 WIB, berubah menjadi jam 16.00 WIB.
Sedangkan kloter 23 Solo yang semula dijadwalkan berangkat jam 13.15 WIB berubah menjadi 16.00 WIB. Akibatnya masa tiba di Jeddah mengalami keterlabatan yang juga cukup lama.
Kepala Daerah Kerja Jeddah, Ahmad Abdullah membenarkan terjadinya keterlambatan tiba sejumlah kloter jamaah haji Indonesia. Itu terjadi pada jamaah embarkasi Makasar dan Solo.
Dia menegaskan keterlambatan itu harus diperbaiki segera. Sedangkan jamaah yang terlambat harus diberikan pelayanan lebih. ”Jika terlambat jamaah dapat maka jemaah akan memperoleh fasilitas akomodasi di hotel,” tegas dia.
Abdullah menjelaskan dalam kesepakatan dinyatakan jika pesawat terlambat tiga jam maka maskapai wajib memberikan makanan kecil. Sementara jika terlambat hingga enam jam maka wajib memberi makanan pokok dan penginapan di tempat jamaah semula.
“Jika di tanah air maka biasanya jamaah diinapkan (menungggu) di asrama haji, jika di Jeddah maka menanti di hotel transit,” kata Abdullah.
Tentu, lanjut dia kondisi lain bisa saja terjadi. Misalkan hotel transito yang biasa digunakan penuh, jamaah teresbut harus tetap dilayani. Pihak Garuda wajib mencari hotel lain bagi jamaah yang ingin masuk (check in).
Di Jeddah, pada saat kepulangan, penggunaan hotel dilakukan secara bergantian karena mereka hanya transit di satu malam. Terlepas dari itu semua, Abdullah menyatakan tetap berfikir positif karena keterlambatan mungkin terjadi di luar kewenangan Garuda.
“Kami berharap angka keterlambatan menurun agar jamaah datang tepat waktu dan tidak lelah menunggu,” kata Abdullah.
Hingga pukul 20.00 waktu Saudi atau pukul 00.00 WIB sudah 53 kloter yang mendarat di Jeddah dengan total anggota jamaah 19.635 calon haji. (rko)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lawatan SBY Bertabur Penghargaan
Redaktur : Tim Redaksi