Penerimaan Migas Anjlok, Tak Sampai Rp 100 Triliun

Sabtu, 25 Maret 2017 – 11:38 WIB
Ilustrasi. Foto: AFP

jpnn.com, JAKARTA - Penerimaan di sektor migas terdampak jebloknya harga minyak dunia.

Dirjen Anggaran Kemenkeu Askolani mengungkapkan, penurunan tersebut tercatat sejak 2012 hingga kini.

BACA JUGA: Wabup Pimpin Nego Warga dengan SKK Migas-JOB PPEJ

Pada rentang 2012–2014, sektor migas bisa memberikan kontribusi penerimaan negara hingga lebih dari Rp 300 triliun tiap tahun.

”Tapi semakin ke sini semakin turun. Bahkan, tahun lalu penerimaannya tidak sampai menyentuh Rp 100 triliun, hanya di kisaran Rp 80 triliun sampai Rp 90 triliun,’’ ujarnya di Energy Building, Jakarta, Jumat (24/3).

BACA JUGA: PHE WMO Maksimalkan Nilai Tambah

Selama ini, sektor migas dipercaya sebagai salah satu tumpuan penggerak ekonomi nasional.

Dengan terjun bebasnya penerimaan di sektor tersebut, tekanan pada APBN pun tak terhindarkan.

BACA JUGA: JOB PPEJ Fokus Lakukan Penghematan

”Padahal, tiap tahun belanja itu selalu naik,’’ imbuhnya.

Dia menambahkan, fluktuasi harga minyak tidak hanya memukul Indonesia.

Kondisi yang sama diderita negara penghasil minyak lainnya seperti Rusia, Arab Saudi, serta negara-negara kawasan Timur Tengah.

Dia mencontohkan kondisi di Arab Saudi yang harus menempuh kebijakan menaikkan harga BBM untuk menambal kas negara.

Kondisi itu harus dijalani di tengah harga minyak yang terus tercatat turun.

Askolani melanjutkan, jika pada 2015 pemerintah tidak menempuh kebijakan reformasi energi, beban subsidi akan terus menggerus APBN.

”Untungnya, 2015 pemerintah mengubah kebijakan subsidi energi dan listrik. Kalau tidak diubah Pak Menteri (Menkeu ketika itu Bambang Brodjonogoro, Red), habis kita,’’ jelasnya.

Di tempat yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan tidak terlalu khawatir dengan kondisi penurunan penerimaan negara dari sektor migas.

Sebab, bagi dia, yang terpenting saat ini adalah mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata dan meningkatkan daya beli masyarakat.

Menurut mantan menteri perhubungan tersebut, saat ini yang terpenting adalah bagaimana industri bisa semakin kompetitif. Salah satu caranya dengan efisiensi.

”Sudah tumbuh dalam pemikiran kita bahwa sumber daya alam itu bisa dan diharapkan yang terbesar untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Sekarang tidak semata-mata lagi begitu,’’ urainya.

Bos Medco Hilmi Panigoro setuju dengan pendapat Jonan tentang prinsip efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya energi.

”Yang penting bagaimana agar harga migas saat ini bisa memberikan nilai tambah terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi negara,” ujarnya.

Menurut pengusaha kawakan itu, Kementerian ESDM wajib menciptakan iklim yang mendukung perusahaan-perusahaan migas agar dapat melakukan produksi dengan baik. (dee/c10/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertamina Bakal Bangun Depo BBM di Sukabumi


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler