Peneror Novel Jago, Profesional Plus Banyak Uang

Rabu, 02 Agustus 2017 – 17:23 WIB
Penyidik senior KPK Novel Baswedan saat diwawancarai di Masjid Alfalah, Singapura, Jumat (12/07/2017). Foto: Imam Husein/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Pengungkapan kasus teror kepada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan sudah berjalan empat bulan.

Namun, belum ada titik terang siapa pelaku, aktor intelektual, maupun motif di balik teror biadab pada April 2017 lalu ini.

BACA JUGA: Polda Metro Sebut Novel Baswedan Menolak Untuk Diperiksa

Penasihat hukum Indonesia Police Watch (IPW) Johnson Panjaitan mengatakan, jika melihat penjelasan Kapolri Jenderal Tito Karnavian usai dipanggil Presiden Joko Widodo ke Istana Negara, paling tidak sudah ada tiga hal yang terlihat.

"Orang yang survei dan mengamat-ngamati, eksekutornya dan mastermind-nya," kata Johnson di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (2/8).

BACA JUGA: Sketsa Wajah Terduga Penyerang Novel Dibantu Kepolisian Australia

Kemudian, kata Johnson, dari penjelasan itu juga mengisyaratkan bahwa bukti Polri untuk mengungkap kasus ini lemah. "Sampai bukti paling mendasar sidik jari saja hilang," ujarnya.

Johnson mengatakan, belum terungkapnya kasus ini juga karena pelakunya jago dan profesional. Hal ini jika dilihat dari awal perencanaan sampai eksekusi.

BACA JUGA: Novel Baswedan Kecewa, Dia Bilang…

Dari CCTV yang beredar, pelaku juga sudah memperhitungkan posisi cahaya terang dan gelap saat melakukan penyerangan. Wajah mereka pun tidak teridentifikasi.

"Jadi bukan hanya menghilangkan identitas, tapi terang gelap saat menyerang itu dihitung benar," katanya.

Bisa dibayangkan, ujar Johnson, sudah lebih 57 CCTV yang berada di sepanjang satu kilometer lokasi penyiraman itu diperiksa polisi. Tapi, tidak juga berhasil teridentifikasi siapa pelakunya.

Pengacara kondang ini menilai para pelaku sangat terlatih, terorganisir dan punya uang yang banyak. "Saya tidak bisa menduga-duga, tapi kalau orang yang pernah jadi korban, orang itu pasti punya pengalaman investigasi dan memahami unsur-unsur proses pembuktian sebuah kasus pidana," ungkapnya.

Memang, kata dia, seharusnya polisi lebih pintar dari penjahat. Tapi, kata Johnson, polisi tidak bisa mengungkap kejahatan yang pelakunya pintar menghilangkan alat bukti. "Itu jadi persoalan loh," kata dia.

Johnson mencontohkan, dia juga pernah memegang kasus pembunuhan yang tidak bisa diungkap Polri. Walaupun CCTV-nya sudah ada dan jelas pelakunya.

"Misalnya, kasus pembunuhan yang terbuka di restoran di Pekanbaru, sampai sekarang tidak terbukti. Jelas pelakunya, tapi tidak ada alat bukti," katanya. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata, Saksi Kunci Kasus Novel Mantan Guru Madrasah, tapi Ketua RT tak Kenal


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler