jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Muslim Ayub menyatakan, polisi sejak hari pertama Lebaran telah menjadi sasaran teror beruntun. Menurut dia, sudah saatnya ada tindakan tepat agar polisi tak terus menerus menjadi sasaran.
"Kejadian demi kejadian ini sudah barang tentu menuntut respons cepat dan tepat," kata Muslim, Jumat (30/6) malam.
BACA JUGA: Ditemukan Ratusan Buku Doktrin Paham Radikal untuk Anak, Kalimatnya Ngeri
Seperti diketahui, dua personel Polri di Mapolda Sumatera Utara pada 25 Juni 2017 diserang. Satu di antaranya gugur.
Penyerangan terhadap personel Polri juga terjadi di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 28 Juni 2017. Caranya seperti teror di London Bridge, yakni menabrakkan mobil ke korban lalu menembakinya.
BACA JUGA: Teror Pakai Pisau atas Perintah Bos ISIS
Kemudian Jumat (30/6) malam, dua personel Brimob diserang setelah salat isya di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan. Dua polisi luka, sedangkan pelaku penyerangan ditembak mati.
Khusus untuk penyerangan personel Brimob di Jakarta, Muslim merasa heran karena polisi justru diserang saat sedang salat. Terlebih lagi penyerangnya adalah makmum di salat isya berjemaah itu.
BACA JUGA: Saksi Mata Cerita Detik-detik Teroris Teriak dari Shaf Ketiga Lantas Menusuk Brimob
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan, hal tersebut menunjukkan bahwa pelaku keliru pemahaman agamanya. Karenanya dia menegaskan, tidak tepat bila aksi teror itu dikaitkan dengan Islam.
Muslim menilai pelaku aksi teror itu adalah orang-orang yang keliru dalam memahami agama dan menjalaninya. Karenanya, cap teroris tidak bisa disematkan pada Islam.
"Teror itu bukan Islam dan tidak semua umat Islam. Jadi tidak bisa digeneralisasi," katanya seranya meminta Polri untuk lebih waspada agar bisa melindungi diri.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BMI Kecam Keras Penikaman Anggota Brimob di Masjid Falatehan
Redaktur : Tim Redaksi