jpnn.com, MEDAN - Penertiban pengungsi Afghanistan di depan kantor UNHCR di gedung Forum Nine, Jalan Imam Bonjol Medan, Sumatera Utara, berlangsung ricuh, Rabu (15/12).
Petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan bersama kepolisian awalnya menertibkan tenda-tenda yang dijadikan para pengungsi sebagai tempat menggelar aksi bermalam selama 48 hari di lokasi itu.
BACA JUGA: Badan Wakaf Al-Quran Salurkan Bantuan untuk Pengungsi Erupsi Gunung Semeru
Petugas juga menertibkan barang-barang milik para pengungsi, dan meminta mereka kembali ke tempat pengungsian masing-masing.
Namun, tindakan yang dilakukan petugas itu mendapat perlawanan dari para pengungsi.
BACA JUGA: Taliban Bikin Afghanistan Melarat, Rakyat Terpaksa Jual Anak
Petugas lalu mengangkut paksa barang-barang milik pengungsi ke dalam truk.
Aksi dorong-dorongan sempat terjadi antara petugas dan pengungsi.
BACA JUGA: Pengungsi Afghanistan Nekat Lakukan Aksi Bakar Diri di Depan Kantor UNHCR
Akibatnya, sejumlah pengungsi pingsan dan dilarikan ke Rumah Sakit Siloam, yang berada tepat di depan gedung UNHCR.
Tak lama kemudian, petugas melakukan negosiasi dengan para pengungsi agar tidak melakukan perlawanan. Namun, para pengungsi tetap menolak untuk ditertibkan.
Setelah pembicaraan lebih intensif, para pengungsi akhirnya bersedia meninggalkan lokasi dan pulang ke tempat pengungsian dengan diantar petugas.
Pelaksana Tugas Kepala Satpol PP Kota Medan Rakhmat mengatakan penertiban itu dilakukan karena lokasi tempat pengungsi melakukan aksi merupakan fasilitas umum.
Selain itu, di masa pandemi Covid-19, masyarakat juga dilarang untuk berkerumun.
“Tadi ada penolakan karena mereka meminta untuk tetap tinggal dan menunggu kepastian dipindahkan ke negara ketiga," kata Rakhmat.
Koordinator Aksi Muhammad Juma mengatakan dia bersama teman-temannya sudah melakukan aksi tersebut selama 48 hari. Namun, mereka tidak juga mendapatkan solusi dari UNHCR.
"Kami merasa tidak dihargai, teman-teman kami terkena pukulan. Kami sangat kecewa kepada Bapak-Bapak Satpol (PP),” ujar Muhammad Juma.
Dia mengatakan para pengungsi meminta segera diberangkatkan ke negara ketiga.
Namun, sudah lebih dari 10 tahun, mereka tak juga kunjung mendapatkan kepastian.
"Kami juga sudah melakukan beberapa kali aksi damai, tetapi satu pun suara kami tidak didengar," sebutnya. (mcr22/jpnn)
Redaktur : Boy
Reporter : Finta Rahyuni