jpnn.com, JAKARTA - Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo meminta pengacara keluarga Nofriyansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J agar tidak banyak berspekulasi mengenai kasus yang tengah disidik.
Dedi meminta pengacara keluarga Brigadir J untuk menyampaikan informasi sesuai dengan hukum acaranya, tidak berspekulasi menyampaikan informasi mengenai luka-luka dan benda-benda yang bukan keahliannya.
BACA JUGA: Mengejutkan, Kamaruddin Ungkap Soal Jejak Digital Dugaan Pembunuhan Berencana Terhadap Brigadir J
“Seperti pengacara menyampaikan sesuai dengan hukum acaranya, jangan berspekulasi tentang luka, tentang benda ini, benda itu," kata Dedi di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Sabtu (23/7).
Eks Kapolda Kalimantan Tengah itu menilai akan ada ahli yang akan menjelaskan mengenai luka dan benda yang ditemukan penyidik untuk mengungkap kasus Brigadir J, Bharada E, dan Irjen Ferdy Sambo.
BACA JUGA: Yang Meragukan Polri atas Pengusutan Kasus Brigadir J, Simak Baik-baik Kata Irjen Dedi Ini
Di sisi lain, Dedi juga mengingatkan bahwa Polri menyetujui dilakukannya autopsi ulang terhadap jasad Brigadir J.
Hal itu semata-mata dilakukan demi keadilan.
BACA JUGA: Keluarga Brigadir J Serahkan Puluhan Bukti kepada Penyidik, Analisis Kamaruddin Begini
Autopsi ulang di pemakaman Brigadir J dijadwalkan pada Rabu (27/7) di Jambi.
Proses ini melibatkan para pakar forensik, Perhimpunan Kedokteran Forensik Indonesia, ahli dari sejumlah universitas, termasuk entitas yang diusulkan oleh kuasa hukum keluarga Brigadir J.
Alumnus Akpol 1990 itu mengeklaim proses pembuktian mengedepankan kaidah ilmiah dan hasilnya harus sahih dan dapat dipertangungjawabkan.
Ada dua konsekuensi yang harus ditanggung oleh penyidik dalam pembuktian secara ilmiah ini, yakni konsekuensi yang secara yuridis harus terpenuhi.
Kemudian, konsekuensi keilmuan di mana harus terpenuhi metode, ilmu, dan peralatan yang digunakan.
“Tentu sekali lagi saya sampaikan proses pembuktiannya harus secara ilmiah, dan hasilnya harus sahih dan sesuai,” kata Dedi.
Jenderal bintang dua itu juga berharap media dapat meluruskan berbagai macam spekulasi terkait informasi yang berkembang dalam pengungkapan kasus Brigadir J, di mana semua pihak menyampaikan pendapatnya seperti halnya pengacara.
“Kalau teman media mengutip dari sumber yang bukan expert, justru permasalahan akan lebih keruh. Masalah ini sebenarnya akan segera diungkap timsus,” ujarnya.
Tim kuasa hukum keluarga Brigadir J menyampaikan ada kejanggalan kematian kliennya yang dilaporkan karena baku tembak.
Terdapat sejumlah luka sayatan, memar dan luka membiru, luka di leher diduga digerek dengan benda tertentu, serta luka pada jari dan kaki.
Kecurigaan atas luka-luka di tubuh Brigadir J tersebut mendorong pihak keluarga membuat laporan polisi di Bareskrim Polri atas dugaan pembunuhan berencana dan meminta dilakukan autopsi ulang.
Johnson Panjaitan, tim kuasa hukum keluarga Brigadir J yang ditemui di lokasi prarekonstruksi di TKP rumah IrjenFerdy Sambo, mengatakan kegiatan yang digelar Polda Metro Jaya ialah untuk dua laporan polisi terkait pelecehan dan penodongan, bukan laporan dugaan pembunuhan berencana yang dilaporkan pihaknya.
“Kami masih berkeyakinan ini bukan cuma tembak menembak ini ada penganiayaan dan juga lokasinya tidak di sini (TKP),” kata Johnson. (antara/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Autopsi Ulang Jenazah Brigadir J akan Libatkan 7 Dokter Forensik dari PDFI, Siapa Saja?
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga