jpnn.com - TEGAL – Waidah (55) mengaku tidak mampu mengungkapkan perasaan hatinya karena masih tidak percaya Ganjar Pranowo meminta izin untuk menginap di rumahnya di Kota Tegal.
Waidah merupakan orang tua Fikri Haikal, salah satu alumnus SMK Negeri (SMKN) Jawa Tengah.
BACA JUGA: Jutaan Formasi CPNS 2024 & PPPK, Masalah Klasik Muncul Lagi Bikin Honorer Cemas
Mata seorang wanita yang membesarkan anaknya secara sendirian itu berkaca-kaca ketika capres nomor urut 3 itu ingin tinggal semalam di rumahnya yang berada di Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jateng.
Waidah menganggap Ganjar lebih dari seorang capres. Dia menilai Ganjar adalah sosok yang turut memberikan sumbangsih dalam mengubah kondisi ekonomi keluarganya.
BACA JUGA: Di Ponpes Mahadut Tholabah Tegal, Ganjar Berkomitmen Jalankan UU Pesantren
Waidah bercerita bahwa anak ketiganya, Fikri Haikal, menempuh pendidikan di SMKN Jawa Tengah, sekolah asrama gratis yang diinisiasi Ganjar Pranowo saat menjabat sebagai gubernur Jateng.
"Ya Allah, Pak Ganjar. Saya seperti mimpi didatangi Pak Ganjar. Masih tidak percaya," kata Waidah.
BACA JUGA: Atikoh Ganjar Salat Tajahud dan Subuh Bersama Santri Ponpes Miftahul Huda
Waidah pun bercerita kepada Ganjar bahwa dia pernah hidup menumpang di rumah kerabatnya sambil mengurus tiga anaknya.
Beruntungnya, lanjut Waidah, Fikri diterima di SMKN Jateng kampus Semarang, jurusan Mekatronika.
Lulus di tahun 2018, Fikri kemudian melanjutkan kuliah di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta. Saat ini, Fikri bekerja di perusahaan alat estetika di Jakarta.
"Alhamdulillah anak saya bisa (membiayai) renovasi rumah ini, yang dulunya tidak bisa ditempati. Ini biaya renovasi Rp80 juta. Alhamdulillah," tutur Waidah.
Waidah sendiri bekerja sebagai tenaga honorer di salah satu SMP di Kota Tegal bagian tata usaha (TU). Dulunya, Waidah hanya menerima gaji Rp800 ribu per bulan.
"Honor tiap bulan Rp800 ribu, waktu sebelum naik UMR (upah minimum regional)," kata Waidah.
Dia bercerita bahwa Fikri Haikal sering menyebut Ganjar sebagai "bapaknya" sendiri.
"Bukan sebagai bapak angkat, tetapi memang mengakuinya sebagai bapak sendiri," lanjut Waidah.
Saat Ganjar berada di rumahnya itu, Waidah melakukan telepon video kepada anaknya, Fikri, untuk kemudian berbincang dengan Ganjar. Keduanya terlihat sangat akrab.
Selain menanyakan kabar dan cerita soal proses pendidikan, Ganjar juga memberikan motivasi kepada Fikri.
"Kamu bekerja yang sungguh-sungguh. Dibantu orang tuanya dan jujur, jangan korupsi," pesan Ganjar.
Ganjar menyampaikan bahwa SMKN Jawa Tengah didirikan untuk siswa kurang mampu.
Semua layanan di sekolah kejuruan itu gratis, mulai dari asrama, seragam, sampai makan.
"Karena saya mengalami hidup susah, jadi SMKN Jateng itu kami buat untuk siswa-siswi, maaf, kurang mampu. Alhamdulillah, setelah lulus, mereka bisa bekerja di perusahaan dan mengubah hidup orang tuanya menjadi lebih baik," ucap Ganjar.
Ganjar mengatakan, pengalaman itu kemudian menginspirasi dia untuk menyusun program Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana untuk tingkat nasional.
"Itu semangat kami untuk memberikan akses pendidikan bagi masyarakat," ujar Ganjar. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu