Pengakuan PSK Belia, Batasi Sehari 2 Pria, Berapa Penghasilannya?

Selasa, 20 Agustus 2019 – 00:07 WIB
Perempuan sedih. Ilustrasi Foto: pixabay

jpnn.com - Sejumlah kasus prostitusi yang melibatkan PSK usia masih belia, terungkap di Kota Banjarmasin. Faktor ekonomi dan sulitnya mencari kerja membuat mereka melakukannya.

--

BACA JUGA: Pengakuan Muncikari Punya PSK Masih SMA Tarif Rp 4 Juta, Pelanggannya Pejabat?

Radar Banjarmasin menjumpai Melati (nama samaran) berkat bantuan seorang kenalan. Meski sebelumnya, dia menolak untuk diwawancarai, Melati akhirnya setuju untuk menemui wartawan Radar Banjarmasin di sekitar kawasan Pangeran Antasari, Banjarmasin Tengah, beberapa hari lalu.

Saat itu pukul 15.00 WITA. Di bawah terik matahari jelang sore, Melati datang mengenakan baju kaus warna hitam dilapisi sweater biru dipadu dengan celana jeans biru muda. Pembawaannya ceria, tidak takut-takut.

BACA JUGA: Para PSK Siap-siap Saja ya, Semoga di Kampung Bisa Cari Uang Halal

Melati memang masih sangat belia. Meski badannya agak sedikit berisi, dan wajahnya dirias bak wanita dewasa, tetapi tidak dapat dipungkiri kalau dia masih muda.

Melati menuturkan, dia baru sekitar dua bulan menggeluti profesi sebagai PSK. Bukan tanpa alasan. Meski hati kecilnya menolak, tapi kebutuhan ekonomi mengharuskannya mengambil keputusan seperti ini.

BACA JUGA: Elvi Siang Kerja Angkut Batu Bata, Malam Tunggu Pria Nakal

Kedua orang tuanya meninggal sekitar 5 tahun silam. Sejak itulah, dia mulai menetap berpindah-pindah. Pernah tinggal dengan keempat kakak tirinya. Bahkan sempat diasuh oleh paman. Tapi semuanya tidak bertahan lama. Entah apa masalahnya, dia tak mau menceritakannya.

BACA JUGA: Berita Duka: Arnold Meninggal Dunia, Kami Ikut Berbelasungkawa

Melati sebenarnya sempat mengenyam pendidikan di Madrasah Ibtidayah meski tidak sampai tamat. Dia kekurangan biaya. Ketika akhirnya diusir oleh kakaknya, dia kesulitan untuk mencari pekerjaan.

“Mau kerja tapi sekolah madrasah saja saya enggak tamat, sementara orang kalau mau kerja ditanya ijazah,” tutur Melati.

Awalnya ada perasaan takut ketika akhirnya memutuskan menjadi PSK. Dia khawatir kalau sampai tertangkap oleh Satpol PP. Atau bertemu teman-teman sekolah dulu. Tapi karena kebutuhan ekonomi tak bisa menunggu, Melati akhirnya menjalani profesi ini.

Meski baru dua bulan terjun ke dunia malam, pelanggan remaja berusia 16 tahun asal Banjarbaru ini cukup banyak. Radar Banjarmasin memperhatikan, bahkan saat berbincang untuk wawancara, handphone yang dipegangnya berdering terus. Melati tak mengangkatnya.

Melati mengaku bekerja sendirian. Tidak ada yang membantu mencarikan pelanggan. Dia lebih memilih 'menjajakan diri' langsung kepada pelanggan, karena tidak mau ribut dengan PSK senior.

Dia bahkan sedikit menjauhi aplikasi online. "Pengalaman teman-teman, bisa terlacak oleh petugas," katanya.

Dengan penghasilannya itu, Melati sudah bisa menyewa rumah sendiri di kawasan Banjarmasin Selatan. Meski berukuran kecil, tapi bisa melindunginya dari panas matahari dan dinginnya malam.

“Ya uangnya bisa bayar sewa rumah Rp400 ribu sebulan, ditambah air sama listrik sekitar Rp600 ribu. Sisanya lagi, dibelikan untuk kebutuhan hidup sehari-hari serta pakaian, dan sebagian lagi ditabung,” ucapnya.

Dalam sehari, dia hanya "terima" tamu 1-2 orang. Tarif yang dipatoknya sekitar Rp150 ribu-Rp200 ribu. Sebenarnya, lelaki nakal yang minta ditemani bisa lebih. “Tapi kalau lebih dari itu, capek,” ucapnya santai.

Apakah tidak takut terjangkit penyakit kelamin atau HIV/AIDS? Melati mengaku selalu meminta tamu agar menggunakan alat kontrasepsi. Ini aturannya sendiri. Dia tidak mau terjangkit penyakit kelamin.

BACA JUGA: 8 PSK Muda Tarif Rp 2 Juta di Hotel Bawa Kondom, Handuk Kecil, Gagal deh...

Toh, selama ini dirinya tidak pernah menemui pelanggan yang berbuat aneh-aneh. “Saya sudah pernah memeriksa kesehatan, dan aman,” ucapnya.

Ditanya sampai kapan akan menjalani profesi sebagai PSK? Melati hanya menggelengkan kepala, kapan dirinya berhenti. “Enggak tahu kapan,” ucapnya. Tatapan matanya menerawang.

Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalsel, Hapni menyebut berdasar data di kantornya, dari awal Januari hingga Agustus 2019 ini jumlah PSK di bawah umur yang mereka tangani berjumlah puluhan. “Ada 30 orang, dan mereka masih berusia dibawah 18 tahun,” ungkap Hapni.

PKBI merupakan lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Berdiri sejak 23 Desember 1957 ini salah satu bidang yang ditangani adalah tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS.

PSK adalah salah satu sasarannya. Di tengah kondisi sekarang ini, mereka ini rentan sekali tertular HIV/Aids. “Kita memberikan edukasi terhadap para PSK agar memeriksakan kesehatan,” jelasnya.

BACA JUGA: Istri Siri Cantik Tunggu di Teras Hingga Subuh, Suami Pulang, Bibir Tipis sampai Robek

Hapni yang didamping stafnya, Kus, membeberkan sejumlah penyebab para wanita sampai nekat terjun ke dunia prostitusi. Dari pengakuan sejumlah PSK tidak melulu karena faktor ekonomi, tapi ada faktor lain.

“Petugas kita di lapangan ada menemukan wanita muda berstatus kuliah, ekonominya cukup, tapi bekerja sebagai PSK. Mereka ini biasanya karena tergiur gaya hidup jetset, mau minta orang tua tapi takut, itu jalan cepat mendapatkan uang,” jelasnya. (gmp/ran/ema)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ternyata Para Waria dan PSK Ini Doyan Transaksi dengan Pria Hidung Belang di Pemakaman Tionghoa


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler