jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik Boni Hargens mengatakan, gerakan besar dalam sejarah biasanya memakai simbol kelompok.
Namun sayangnya, gerakan aksi unjuk rasa 4 November lalu dilakukan pada masa kampanye pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
BACA JUGA: Pegawai KPK Butuh Stamina Besar untuk Ganyang Korupsi
Karena itu, tidak heran jika kemudian Boni menduga, aksi 4 November melekat dengan libido politik dari kelompok tertentu yang ingin berkuasa di Jakarta dan tentunya Pemilu 2019 mendatang.
"Hadirnya tokoh politik seperti Fahri Hamzah, kemudian calon wakil Bupati Bekasi Ahmad Dhani dan sejumlah nama lain dalam gerakan itu, mempertegas korelasi gerakan kental dengan kepentingan politik," ujar Boni saat menjadi pembicara pada diskusi yang mengangkat thema 'siapa aktor politik di balik Demo 4.11' yang digelar di Bilangan Cikini, Jumat (11/11).
BACA JUGA: Belasan Kecelakaan Terjadi di Papua, Slot Penerbangan Diatur Pagi Hari
Boni mempersilahkan sejumlah pihak menyampaikan bantahan terhadap dugaan yang dikemukakan.
Namun begitu, Boni meyakini masyarakat secara luas juga merasakan hal yang sama seperti dirinya.
BACA JUGA: Fadli Zon: Negara Kita Tak Punya Benteng Lagi
"Saya merasa, ada kelompok politik yang tak mampu menahan syahwat untuk berkuasa di DKI Jakarta. Sementara keadaan tidak mudah, karena elektabilitas Ahok (petahana Basuki Tjahaja Purnama,red) setidaknya berdasarkan data berbagai lembaga survei masih di atas semua kandidat," ujar Boni.
Selain itu, Boni juga menyesalkan sikap kelompok yang menunggangi aksi 4 November. Karena diduga memakai simbol agama untuk mendapatkan legitimasi bagi upaya merebut kekuasaan.
"Kalau itu benar, maka ini adalah kemunduran besar dalam peradaban demokrasi. Bangsa lain terus bergerak maju di bidang apapun. Baik itu sosial, politik maupun ekonomi. Tapi kita (Indonesia,red) masih terbelit di tempat, karena pecundang politik mempermainkan agama untuk kekuasaan," ujar Boni. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Novel Baswedan: Selamat Pak Antasari
Redaktur : Tim Redaksi