jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Pertanian yang juga Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat Entang Sastraatmaja mengapresiasi kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menyediakan kebutuhan bahan pokok selama bulan puasa hingga Hari Raya Idulfitri kemarin. Menurut dia, kebutuhan sembako terus tersedia dengan posisi harga yang stabil.
"Saya mengapresiasi karena ketersediaan pangan yang ada mencukupi semua kebutuhan masyarakat. Terlebih tidak terjadi gejolak harga. Ini menjadi bukti bahwa Kementan serius dalam menerapkan strategi dan langkah-langkah menghadapi hari besar keagamaan," ujar Entang, Kamis (28/5).
BACA JUGA: Kementan Mengajak Petani Milenial Garap Potensi Pangan Lokal
Entang menilai, sejauh ini Kementan mampu membangun koordinasi dan komunikasi yang baik antara Kementerian dan Pemerintah Daerah dalam mengurusi harga pangan serta menjaga ketersediaan bahan pokok.
"Dalam hal ini ada Kemendag, Bulog, Satgas Pangan, dan lain-lainnya yang mempung menopang kinerja Kementan sehingga tidak terjadi kendala yang begitu berarti," karanya.
BACA JUGA: Gelar Halal Bihalal Virtual Kementan, Mentan SYL Minta Pegawai Tancap Gas Kawal Pangan
Entang menambahkan, sektor pertanian sejauh ini mampu memberi jawaban dan solusi pasti atas keterpurukan ekonomi di tengah pandemi. Hal itu bisa dilihat dari nilai ekspor pertanian yang terus mengalami peningkatan.
"Bahkan terjadi surplus perdagangan produk pertanian seperti yang disampaikan Pusdatin kementan," katanya.
BACA JUGA: Kementan Gandeng Swasta Untuk Perbanyak Antivirus Corona Berbahan Eucalyptus
Meski demikian, kata Entang, momentum ini wajib dijaga dan dikembangan lebih jauh lagi. Oleh karenanya, pemerintah harus memberikan perhatian lebih kepada para petani yang ada di garda depan dalam memacu produksi.
"Pemerintah harus memberikan jaminan atas kualitas hidup yang lebih baik lagi bagi para petani khsusnya di era New Normal nanti. Karena berkat petani, produksi kita kian meningkat," tutupnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan Ketut Kariyasa mengatakan bahwa meski ditengah wabah pandemi covid-19, produk pertanian justru menunjukkan kinerja yang terus membaik dan tercatat mengalami surplus.
Menurutnya, di tahun 2019 saja, jumlah ekspor produk pertanian sekitar 43,26 juta ton dengan nilai Rp 372,57 Triliun. Sementara jumlah impor produk pertanian pada tahun yang sama sebesar 30,10 juta ton dengan nilai Rp 250,86 Triliun, sehingga ada surplus perdagangan sebesar Rp 121,71 Triliun dalam tahun itu.
"Bahkan selama Januari-April 2020, ekspor produk pertanian menunjukan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," terang Ketut.
Tercatat selama Januari-April 2020, Ketut menambahkan, nilai ekspor pertanian meningkat 16,9% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2019, dari Rp 115,18 Triliun meningkat menjadi Rp 134,63 Triliun. Surplus perdagangan produk pertanian selama Januari-April 2020 juga meningkat signifikan, yaitu 32,96%, dari sebesar Rp 33,62 Triliun (Januari-April 2019) meningkat menjadi Rp 44,70 Triliun (Januari-April 2020).
"Tahun 2019, China adalah negara tujuan ekspor utama produk pertanian kita. Dari ekspor produk pertanian senilai US$ 26,31 miliar (Rp 372,57 Triliun), sebanyak 15,93 persen diekspor ke China. Negara tujuan ekspor berikutnya adalah India dengan pangsa pasar 11,24 persen; disusul Amerika 9,03 persen, Malaysia 5,05 persen; dan Pakistan 4,73 persen," ujarnya.
Sebagai informasi, nilai ekspor produk pertanian Indonesia ke China selama tahun 2019 sekitar Rp 55,07 triliun dan nilai impor Rp 28,68 triliun, sehingga ada surplus Rp 26,39 triliun. Pada tahun 2020 (selama Januari-Maret) Indonesia juga mengalami surplus perdagangan dengan China sekitar Rp 2,41 Triliun.(ikl/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi