Pengamat: Dilarang = Tekanan Politik

Kontroversi Buku Membongkar Gurita Cikeas

Rabu, 30 Desember 2009 – 13:18 WIB
JAKARTA- Jika pemerintah berupaya keras untuk melarang beredarnya buku Membongkar Gurita Cikeas; Di Balik Skandal Century yang ditulis Goerge Junus Aditjondro, para pengamat dan akademisi justru menilai bahwa buku yang menghebohkan itu adalah karya ilmiah biasa.

Pengamat politik Universitas Indonesia, Boni Hargens menyebut bahwa karya ilmiah itu menjadi sangat heboh karena kegelisahan dari para penguasa.

"Kalau diteliti dengan seksama buku ini sudah memenuhi standar ilmiahKarena buku ini dipermasalahkan partai penguasa kasusnya jadi lain," kata Bony di Gedung KPK, Rabu (30/12).

Ditambahkan, ada yang bilang bukunya sangat subjektif dan tidak layak disebut karya ilmiah karena menggunakan data sekunder.  Padahal karya ilmiah bisa juga menggunakan data sekunder

BACA JUGA: Massa Pro SBY Geruduk Launching Gurita Cikeas

Selain itu, sumbernya ikut dicantumkan oleh penulis.

"Sebenarnya hanya orang-orang yang merasa terkait dengan buku itu saja yang menganggap buku tersebut tidak layak
Saya melihat, pro kontra soal Membongkar Gurita Cikeas bukan karena melihat bukunya karya ilmiah atau tidak, melainkan kegelisahan para penguasa serta elit politik," beber Bony.

Hal senada diungkapkan pengamat dari Unair, Airlangga Pribadi

BACA JUGA: Launching Buku Tanpa Buku

Ditegaskannya, jika kemudian Kejaksaan melarang peredaran buku tersebut, itu berarti ada tekanan politik di dalamnya.

"Gurita Cikeas merupakan buku karya ilmiah, sehingga bisa dibaca khalayak umum
Kalau ada pelarangan berarti ada tekanan politik yang merasa tersenggol dengan buku tersebut," ucapnya

BACA JUGA: Disarankan, Jadi Referensi Pansus Century

(esy/pra/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gerah, Menkum HAM Setuju Dilarang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler