Pengamat Dukung Menteri Bahlil Gandeng Arab Saudi Berinvestasi EBT dan Rumah Sakit

Jumat, 19 Mei 2023 – 17:33 WIB
Proyek pembangkit listrik panas bumi berpotensi menjadi andalan dalam transisi energi dari energi fosil menjadi energi baru terbarukan. Foto: ilustrasi/dokumetasi humas Pertamina

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mendukung upaya Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam upaya menarik investasi dari Arab Saudi khususnya pada pengembangan sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Rumah Sakit (RS).

Menurut dia, khusus mengenai EBT Indonesia memiliki prospek yang bagus. Pasalnya, sumber EBT melimpah ruang di tanah air.

BACA JUGA: Saatnya Dorong Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan

“Jadi, sebenarnya investasi di energi baru terbarukan di Indonesia itu sangat prospektif. Sebab kita mempunyai berbagai jenis resources berbagai yang jumlahnya melimpah ruah, kita bisa kembangkan di sini misalnya tenaga matahari, tenaga angin, hidro ombak banyak sekali,” ujar Fahmy, Jumat (19/5/2023).

Kunjungan Menteri Bahlil ke Arab Saudi untuk bekerja sama investasi dinilai sudah tepat karena pengembangan EBT di Indonesia memerlukan pembiayaan yang besar.

BACA JUGA: DEM Indonesia: Alihkan Subsidi BBM untuk Energi Baru Terbarukan

Selain dana investasi yang besar, proyek EBT juga membutuhkan kemampuan teknologi yang mumpuni.

“Hanya masalahnya kita memang pertama kekurangan dana investasi dan yang kedua kita tidak punya teknologi nah oleh karena itu perlu mengundang investor untuk datang ke Indonesia yang punya dana dan punya teknologi,” paparnya.

BACA JUGA: Ekonom Apresiasi Kinerja Menteri Bahlil Perihal Peningkatan Investasi di Luar Pulau Jawa

Fahmy menambahkan, Arab Saudi sebagai negara yang masih mengandalkan bahan bakar fosil sudah mulai tertarik untuk beralih menggunakan energi hijau ke depan.

“Bagi Arab Saudi yang sampai sekarang mengandalkan fosil maka barangkali dia tertarik untuk mengembangkan EBT apalagi di luar negeri,” jelasnya.

Namun, Fahmy mengatakan, Menteri Bahlil sebaiknya tidak hanya mengundang Arab Saudi saja untuk berpartisipasi dalam proyek green energy melainkan juga mengundang investor dari Amerika Serikat atau negara Eropa lainnya yang sudah menerapkan teknologi tinggi.

“Memang harus mengundang investor yang dia mempunyai dana dan dia mempunyai teknologi apakah dari Amerika, Eropa atau Jepang juga,” urainya.

Untuk menarik minat investasi dalam EBT, Fahmy menyarankan pemerintah untuk memberikan insentif menarik bagi negara yang berniat melakukan investasi di Indonesia.

“Agar investor mau datang investor kan mau berinvestasi karena ada jaminan profit, ada jaminan Return of Investment (ROI). Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan insentif apakah itu berupa fiskal insentif kemudian kemudahan perizinan, pembebasan tanah ini harus dibantu oleh pemerintah tanpa itu jadi tidak menarik bagi negara lain,” kata Fahmy.

Sebelumnya, Menteri Bahlil melakukan pertemuan dengan Menteri Investasi Arab Saudi Khalid A. Al-Falih di Riyadh, Arab Saudi, untuk membahas mengenai kerja sama terkait investasi antara kedua negara, khususnya dalam hal energi terbarukan dan pembangunan rumah sakit.

Bahlil mengatakan pertemuannya dengan Menteri Investasi Arab Saudi itu merupakan pertama kalinya.

Untuk itu, dia menyampaikan bahwa Indonesia sangat terbuka untuk investasi asing, khususnya hilirisasi industri yang menggunakan energi dan industri hijau.

“Kami memulai dengan hilirisasi sumber daya mineral. Ini adalah peluang besar, dan saya ingin ada investasi bersama antara Arab Saudi dengan Indonesia,” ujar Bahlil melalui keterangan resmi yang dikutip Jumat (12/5).

Mantan Ketua Umum HIPMI itu mengatakan, Indonesia sejak empat tahun lalu telah memulai hilirisasi di sektor pertambangan dengan diawali pelarangan ekspor bijih nikel.

Selain itu, beberapa komoditas sumber daya mineral seperti bauksit, konsentrat tembaga, dan timah juga akan dilarang untuk diekspor mulai tahun ini.

"Hal tersebut sebagai upaya Pemerintah Indonesia dalam mendorong hilirisasi sumber daya mineral," ujarnya.

Sementara, itu Menteri Investasi Arab Saudi Khalid A Falih menyambut baik tawaran dan mengapresiasi Menteri Bahlil dalam melakukan transformasi ekonomi melalui hilirisasi sumber daya alam sehingga mengurangi ketergantungan terhadap komoditas mentah.

Oleh karena itu, keduanya sepakat bahwa kerja sama investasi antara kedua negara masih belum sesuai dengan potensi yang ada dan dapat ditingkatkan lagi.

“Arab Saudi siap untuk menjajaki peluang kerja sama investasi dengan Indonesia, khususnya terkait dengan energi terbarukan dan pembangunan rumah sakit. Hasil pertemuan ini akan kami tindak lanjuti untuk kemudian dituangkan dalam bentuk yang lebih konkret sehingga semakin mendorong realisasi investasi asal Arab Saudi di Indonesia,” ujar Khalid.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler