jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin mengingatkan para aparat keamanan dan intelijen untuk mewaspadai gerakan-gerakan yang berpotensi merongrong pemerintahan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka.
Menurut Ujang, aksi-aksi tersebut bisa terjadi selama Presiden Prabowo melakukan lawatan ke luar negeri.
BACA JUGA: Tindaklanjuti Arahan Presiden Prabowo, PBLI Mulai Produksi 1.000 Becak Listrik
Oleh karena itu, Ujang mengingatkan aparat keamanan baik Polri, TNI maupun intelijen, dapat mengantisipasi segala bentuk ancaman tersebut.
“Bagaimanapun juga, negara ini harus kita jaga. Kalau ada indikasi gerakan ke arah sana, ya tentu memperkuat aparat intelijen dan keamanan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi,” ujar Ujang, Rabu (6/11/2024).
BACA JUGA: Prabowo Tandatangani Aturan yang Hapus Utang Petani, Nelayan, UMKM
Ujang menambahkan semua elemen bangsa harus menjaga kedaulatan negara. Tidak boleh ada pihak yang mencoba merongrong atau mengganggu stabilitas dalam negeri, apalagi pemerintahan Prabowo – Gibran sudah memulai pemerintahan dengan baik.
“Kita sebagai anak bangsa sebenarnya harus menjaga kondusivitas. Ketika presiden lawatan ke luar negeri, tidak boleh ada manuver-manuver yang merongrong kedaulatan dan mengganggu stabilitas politik,” tegasnya.
BACA JUGA: Sebegini Utang Petani hingga Nelayan yang Dihapus Prabowo
Lebih lanjut, Ujang mengatakan meskipun tugas tersebut menjadi tanggung jawab pihak keamanan, ia yakin aparat keamanan memiliki pengalaman dalam menjaga stabilitas keamanan negara dengan baik.
Namun, dia mengingatkan aparat keamanan dan intelijen meningkatkan kewaspadaan dengan mengidentifikasi serta menutup celah bagi pihak-pihak yang berniat membuat kegaduhan.
“Saya melihat bahwa intelijen kita punya pengalaman yang bagus, dan polisi kita juga memiliki pengalaman yang baik dalam menjaga stabilitas bangsa,” ucapnya.
“Jadi, yang harus dilakukan adalah deteksi dini dan peningkatan kewaspadaan dari para intelijen maupun pihak keamanan untuk mengidentifikasi dan menutup celah bagi mereka yang mungkin melakukan gerakan-gerakan yang merugikan bangsa,” sambungnya.
Ujang juga menyinggung upaya lain yang mencoba mendelegitimasi Gibran sebagai Wakil Presiden, seperti aksi bertajuk Reuni 411 kemarin, yang menuntut Gibran ditangkap karena dikaitkan dengan akun Kaskus fufufafa.
Dia menegaskan bahwa Gibran telah dilantik secara sah sebagai wakil presiden, sehingga tidak perlu membuat gerakan yang dapat memicu instabilitas politik dalam pemerintahan Prabowo. Namun, jika memang ada pihak yang tidak puas, bisa gunakan mekanisme hukum yang berwenang.
“Saya sih melihatnya bahwa itu urusan Gibran dengan lawan politiknya, kalau saya menghimbau bangsa ini harus dijaga bangsa ini harus kita jaga bersama jangan sampai terjadi instabilitas, pemerintahan Prabowo – Gibran, kita harus jaga,” bebernya.
Selain itu, Ujang juga menyebut dalam waktu dekat akan menghadapi Pilkada 2024 serentak pada 27 November mendatang. Sehingga jika ada gejolak politik di tingkat nasional akan berpotensi mengganggu stabilitas keamanan.
Ujang meminta aparat keamanan yang berwenang perlu waspada, agar tidak ditunggangi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
“Kita sudah banyak melewati pilkada sebelumnya, alhamdulillah selalu aman dan damai. Jangan sampai kondisi Indonesia yang sudah stabil ini diganggu oleh kelompok-kelompok yang ingin mengguncang stabilitas,” ujar Ujang.
“Pada 27 November nanti kita jaga bersama-sama agar pilkada berjalan aman, damai, dan lancar. Pihak keamanan dan intelijen harus mendeteksi dini kemungkinan-kemungkinan gerakan yang akan mengacaukan pilkada, karena mereka memiliki instrumen yang dapat mengantisipasi gerakan-gerakan tersebut,” ujar Ujang.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari