jpnn.com, KUPANG - Pengamat Pertanian dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Leta Rafael Levis mengatakan, proyek lumbung pangan (food estate) yang dikembangkan Kementerian Pertanian (Kementan) Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), harus didukung dengan manajemen yang terbaik.
"Proyek food estate ini untuk mewujudkan ketahanan pangan jangka panjang sehingga hal-hal yang berkaitan dengan operasional program harus didukung dengan manajemen yang terbaik," kata dia, di Kupang, Sabtu (13/2).
BACA JUGA: Food Estate Rotiklot, Daerah Model Percontohan Ketahanan Pangan Nasional
Menurut dia, untuk mewujudkan program ini maka hal-hal yang berkaitan dengan manajemen operasional harus betul-betul diperhatikan secara serius.
Pelaksanaan program ini, dinilai tidak mudah karena sejumlah aspek, di antaranya melibatkan banyak instansi pemerintah baik dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, hingga desa.
BACA JUGA: Komisi V DPR RI Ingatkan Potensi Tingginya Biaya Distribusi Panen Food Estate
"Kemudian berkaitan dengan efektivitas koordinasi antara Dinas Pertanian dan Perkebunan, Dinas Peternakan, dan Dinas PUPR yang ada di provinsi maupun kabupaten," ujar dia.
Selain itu, kata Rafael, kesiapan dan adaptasi petani lokal harus menjadi prioritas utama, karena menjadi kunci kesuksesan dari pelaksanaan program.
BACA JUGA: Bantah Gagal Panen di Food Estate Kalteng, Begini Kondisi Sebenarnya Kata Mentan
Artinya, perlu dipersiapkan secara baik terkait pola yang dipakai pemerintah.
"Apakah pemerintah menangani sendiri atau kolaborasi swasta-pemerintah atau menggunakan pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) seperti yg dipakai oleh perusahaan perkebunan," ucap Rafael.
Selain itu, dibutuhkan sosialisasi agar terjadi persamaan persepsi antarsesama instansi pemerintah dan juga para petani.
Seperti diketahui, pemerintah memprioritaskan pada tanaman padi untuk musim tanam satu seluas 350 hektare dan palawija untuk musim tanam dua seluas 200 hektare.
"Masih ada tanaman hortikultura 25 hektare dan perkebunan 50 hektare," pungkas Rafael.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia