Pengamat Membedah Pidato Megawati, Sarat Pencerahan & Pendidikan

Jumat, 12 Januari 2024 – 08:10 WIB
Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato pada HUT ke-51 PDI Perjuangan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (10/1). Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Pengamat Kebijakan dan Bisnis Nur Iswan menilai pidato Megawati Soekarnoputri pada HUT ke-15 PDI Perjuangan layak mendapat pujian.

Pidato Ketua Umum PDIP itu sarat pencerahan dan pendidikan politik bagi bangsa, khususnya dalam situasi sekarang ini.

BACA JUGA: Halili: Pernyataan Megawati Sangat Relevan, Kondisi Demokrasi Indonesia Mengkhawatirkan

"Dalam situasi krusial, Megawati menunjukkan kelasnya sebagai negarawan, Ibu Bangsa, sekaligus penjaga martabat konstitusi, etika, hukum, dan iklim demokrasi," ujar Iswan.

Dia merangkum sejumlah pesan tersirat dari pidato Megawati.

BACA JUGA: Ketum PDIP Serahkan Bantuan kepada Penerima Megawati Fellowship 2023

Pertama, bermakna penegasan kembali bahwa Indonesia adalah negara hukum dan bukan negara kekuasaan.

“Bu Mega seperti sedang mengingatkan dengan sangat keras terutama kepada elite agar kembali kepada nurani dan etika. Jangan menjalankan kekuasaan dengan ugal-ugalan atau semau-maunya” kata Iswan.

BACA JUGA: Beri Tahniah Ultah PDIP, Anies: Mudah-mudahan Solid

Alumni School of Publick Policy and Administration, Carleton University, Kanada ini juga menyebut Megawati salah satu teladan dalam berpolitik dan bernegara.

“Beliaulah yang memandu reformasi 89-98 bersama Gus Dur, sultan di Jogja, Amien Rais, dan lain-lain," tuturnya.

"Salah satu tujuan reformasi ialah tegaknya etika kepemimpinan, hukum yang kokoh, adil, dan kebebasan atau demokrasi yang sehat,” imbuh Iswan.

Dia memandang, Megawati sebagai tokoh reformasi dan demokrasi tampak prihatin dengan perkembangan politik dan hukum akhir-akhir ini.

“Sindirannya kan terang benderang. Demokrasi dan tegaknya hukum adalah cita-citanya, tetapi belakangan ini seperti mundur ke belakang," kata Iswan.

Kedua, ketika 2004, pada saat Mega menjadi presiden petahana dan maju kembali dalam Pilpres 2004.

“Sebagai presiden dia memberi contoh baik, yakni tidak menggunakan kekuasaannya untuk berbuat semaunya. Di Pilpres 2014 pada saat masih punya kesempatan maju kembali, dia memilih mendorong Jokowi,” kata Iswan.

Pada Pilpres 2024, Mega juga tidak mendorong anaknya, yakni Puan Maharani yang sesungguhnya layak sebagai capres PDIP. “Malah, dia mendorong Ganjar," ujar Iswan. 

Ketiga, Megawati memandang bahwa kebebasan dalam demokrasi dan kesamaan di hadapan hukum adalah hal yang perlu dijaga.

“Dalam bahasa sederhana, Megawati menghendaki rakyat agar bebas menggunakan hak pilihnya. Jangan ada intimidasi, apalagi diintimidasi oleh aparat negara. Netralitas TNI-Polri diminta dilaksanakan sungguh-sungguh," tutur Iswan yang juga Youtuber ini.

Keempat, Megawati secara sederhana memberi ilustrasi mengagumkan bahwa pemimpin itu ibarat payung.

“Payung itu adalah analogi kepemimpinan bagi Megawati. Simbol untuk melindungi dan mengayomi seluruh warga negara,” kata Iswan. (*/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler