Pengamat Menyebut Pilkada Serentak 2015 Senyap dan Kurang Menarik

Kamis, 10 Desember 2015 – 19:49 WIB
Mendagri Tjahjo Kumolo Saat memantau Pilkada Tangsel. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com - TANGERANG- Gaung Pilkada Serentak 2015 dinilai sangat senyap. Ini ditandai dari rendahnya angka partisipasi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya. 

"Saya yakin banyak masyarakat kita yang tahu dengan Pilkada serentak. Apalagi pemerintah menjadikannya sebagai hari libur nasional. Namun bisa kita lihat bersama, gaung Pilkada serentak 2015 sangat senyap," kata Siti Zuhro, pengamat dan peneliti dari LIPI di Hotel Narita, Kota Tangerang, Kamis (10/12).

BACA JUGA: PDIP Panen Kemenangan di Pilkada

Siti menilai, pilkada serentak tahun ini‎ lebih buruk dibanding pilkada 2005 yang angka partisipasinya di atas 75 persen, bahkan ada sampai 85 persen. Ini membuktikan, sikap skeptis masyarakat terhadap calon-calon kada sangat tinggi.

"Masyarakat tidak percaya lagi dengan calon-calon yang disodorkan parpol. Lantaran banyak yang terjerat kasus korupsi," ucapnya.

BACA JUGA: Pemenang Pilkada Jangan Senang Dulu, Baca Ini!

Senada itu pengamat politik dan komunikasi Hafied Cangara menyatakan, Pilkada serentak 2015 sepi dan kurang menarik. Dia menyontohkan partisipasi politik di sejumlah daerah yang sangat rendah. Misalnya di Samarinda angka golputnya 53,42 persen, Mataram yang nyoblos di bawah 50 persen, Surabaya yang nyoblos hanya 53 persen, demikian juga Jateng di atas 60 persen yang golput.

"Kenapa pilkada serentak sepi dan kurang menarik? Ini ‎masyarakat tidak percaya lagi kepada parpol. Mereka berpikir, calon-calon parpol itu hanya mewakili kepentingan politik dan besok-besok korupsi lagi," ulasnya.

BACA JUGA: DUH: Pasangan Calon Ini Gigit Jari di Kampungnya

Rendahnya partisipasi masyarakat ini, menurut Siti dan Hafied harus diantisipasi dengan mengubah mekanisme penentuan calon yang diusung. Sebab, setelah ini masih ada lagi pilkada serentak dan pilpres maupun pemilihan legislatif serta DPD yang juga dibikin serentak. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Biaya Pilkada Rp 7,1 Triliun, Apanya yang Hemat?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler