jpnn.com, JAKARTA - Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta meminta TNI, Polri, dan BIN waspada serta menutup celah bagi kelompok radikal yang berpotensi membuat situasi tidak kondusif di tengah pandemi virus corona (covid-19).
Stanis menjelaskan, penanganan pandemi covid-19 yang melibatkan TNI, Polri, dan BIN menjadi peluang bagi aktor-aktor yang ingin membuat gangguan, terutama bagi pemerintah.
BACA JUGA: Update Corona 4 Juni di Sumsel: Kasus Baru 27 Orang, Peringkat Secara Nasional Turun
“Aktor tersebut ingin memanfaatkan kelengahan aparat keamanan," papar Stanis dalam diskusi virtual bertajuk New Normal: Indonesia Optimis Dan Indonesia Terserah, Kamis (4/6).
Dia mencontohkan serangan lone wolf di Polsek Daha Selatan, Kalimantan Selatan, pada 1 Juni 2020.
BACA JUGA: Seorang Wanita Positif Corona Usai Melahirkan
Menurut dia, serangan itu menunjukkan bahwa kelompok teroris memanfaatkan celah kerawanan saat pandemi covid-19.
"Ancaman dari kelompok pengusung ideologi khilafah juga terus terjadi. Penyebaran pamflet ideolofi khilafah di Kupang menjadi salah satu bukti bahwa propaganda khilafah terus dilakukan," ujar Stanis.
Stanis juga menyinggung ulah oknum eks anggota TNI AD Kasus Ruslan Buton yang melakukan propaganda agar Jokowi mundur. Menurut Stanis, sikap Ruslan Buton itu adalah salah satu gerakan yang memanfaatkan situasi pandemi covid-19.
Stanis juga memaparkan munculnya narasi-narasi yang cenderung menyudutkan pemerintah dengan menggunakan isu kebangkitan komunis di media sosial.
"Sentimen SARA juga muncul pada saat pandemi covid-19 ini. Negara harus mewaspadai isu ini karena bisa menjadi trigger dari aksi yang lebih besar," kata Stanis.
Dia menjelaskan, tingkat kriminalitas pada masa pandemi covid-19 juga mengalami kenaikan.
Polri menyatakan tingkat kriminalitas meningkat sebesar 19,72 persen selama pandemi corona.
Menurut dia, narasi positif harus dikembangkan untuk membangun kepercayaan masyarakat, rasa persatuan, gotong royong, dan hal-hal yang produktif lainnya.
“Dengan demikian, pandemi covid-19 di Indonesia segera berakhir," katanya.
Hal yang sama juga disampaikan Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo.
Menurut dia, secara politik memang ada celah bagi kolompok dan aktor yang melakukan propaganda untuk membuat kisruh dan kegaduhan.
"Ada kolompok kisruh yang kemudian melakukan teror dan propaganda. Peluangnya ada karena memang secara politik celahnya basah," kata Ari. (jos/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Ragil