jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam mengungkapkan kondisi terkini pascadebat capres ketiga di Pilpres 2024 akan menguntungkan pasangan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Hal itu disebabkan pasangan calon Anies-Muhaimin dan Prabowo - Gibran masih berbantah seusai debat, kemarin.
BACA JUGA: Ganjar Bertekad Wujudkan Berdikari Bidang Kesehatan, Ada Kaitannya dengan Pertahanan
“Jika dua kutub itu terus bertabrakan tiada henti justru pasangan Ganjar - Mahfud yang akan diuntungkan,” tegas Sirokim, Kamis (11/1/2024)
Sebelumnya, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengeklaim elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden mereka mengalami tren kenaikan seusai debat Pilpres 2024.
BACA JUGA: FIM Ajak Generasi Muda Indonesia di Bali Mendukung Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024 Sekali Putaran
Menurut Surokim, elektabilitas itu selalu dinamis, kian banyak mendapat sentimen positif dan peningkatan elektoral.
Oleh sebab itu, menurut Surokim, sangat penting untuk memahami pikiran, logika dan opini publik agar bisa melakukan maintenance elektabilitas.
BACA JUGA: Anies Dinilai Telah Menunjukkan Kapasitasnya di Debat Ketiga
“Masyarakat Indonesia yang high context culture sebenarnya tidak menyukai hal yang ekstrem dan lebih senang hal yang moderat,” terangnya.
Kendati demikian, Surokim menegaskan kerumitan situasi saat ini memengaruhi elektabilitas capres-cawapres.
“Ada faktor makro dan mikro yang berkelindan bersangkutan dan kadang saling interplay,” ungkapnya.
Surokim menerangkan elektabilitas Ganjar-Mahfud bisa rebound jika faktor mikro dan makro bisa didapat.
“Jika kedua faktor itu bisa didapat maka potensi untuk bisa rebound sangat mungkin terjadi. Belum lagi faktor-faktor nonteknis yang juga bisa memengaruhi situasi menjadi tidak normal,” tambahnya.
Sementara itu, Dosen Komunikasi Politik Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Silvanus Alvin menyoroti aksi interaktif para kandidat capres/cawapres di media sosial dengan warganet. Salah satunya yakni cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.
Tidak bisa terhindarkan, media sosial adalah lahan baru dalam menggaet pemilih yang kemudian memberikan suaranya di hari pemilihan nanti.
“Prosesnya pertama adalah media sosial menjadi lahan untuk membangun narasi serta citra positif karena media sosial berbeda sekali arsitekturnya dengan media pers,” kata Alvin.
Jangkauan Luas
Media sosial memberikan ruang yang luas untuk menyampaikan pesan-pesan politik, termasuk program-program yang prorakyat. Penonton atau pemirsa sosial media menyerap informasi tersebut Lebih luas.
“Namun, tiap medsos juga ada karakter user-nya. Misalnya TikTok yang sedang laris manis memang sebagian besar digunakan Gen-Z dan milenial. Facebook rata-rata para boomers. Instagram lebih mayoritas pada milenial dan sebagain Gen-Z,” ujar Alvin.
Konten harus beresonansi dengan preferensi para pemilih sehingga menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk memilih capres-cawapres tertentu.
Satu kekuatan media sosial adalah efek echo chamber. “Sekali terpapar dengan sebuah konten paslon tertentu, maka rekomendasi konten berikutnya bisa saja memperkuat konten yang sudah ditonton. Saya.tidak meragukan, media sosial harus diberdayakan para paslon untuk meraup suara dan kunci kemenangan di pemilu atau Pilpres,” ujar Alvin.
Sebelumnya, Calon Wakil Presiden Mahfud MD giat berkampanye di sosial media.
Dia memiliki program Tabrak Prof Dan menggunakan kata-kata gaul, seperti bestie.
“Sekarang saya menyesuaikan diri. Saya bukan lagi Hakim, tetapi harus bicara dengan masyarakat, Maka, acara seperti ini (Tabrak, Prof!), ya kami adakah untuk bicara-bicara apa yang lagi tren lewat TikTok, YouTube, macam-macam,” ujar Mahfud.(fri/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari