jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto bisa menjadi kuda hitam dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
"Alasannya, tren Airlangga terus meningkat meskipun elektabilitasnya hingga kini masih rendah dan potensi Airlangga juga mengkhawatirkan bagi lawan-lawan politiknya," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (11/6).
BACA JUGA: Prabowo, Ganjar, Ridwan Kamil Makin Kukuh di Bursa Capres 2024, Puan dan Airlangga Cawapres
Menurut dia, peluang Airlangga untuk maju tergolong besar karena dapat diusung Partai Golkar dan koalisinya. Apalagi, jika hitungan elektabilitas terus meningkat atau stabil hingga tahun 2023.
Penyelenggaraan Pilpres 2024 diyakini Dedi bakal diikuti tiga poros, yakni koalisi PDIP, koalisi Golkar, dan koalisi partai menengah. Bahkan, pesta politik lima tahunan itu diprediksi menjadi momentum titik balik munculnya tokoh di luar dua dominasi yakni PDIP dan Golkar.
BACA JUGA: Airlangga dan Anies Saling Melengkapi, Pasangan Serasi untuk 2024
Kendati demikian, ia berpendapat hingga sampai saat ini belum ada figur yang betul-betul mendominasi. Hal Ini berbeda dengan kontestasi sebelumnya dimana selalu berkutat pada politikus PDIP sekaligus Presiden yakni Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang Ketua Umum DPP Partai Gerindra.
"Hingga hari ini belum mengemuka sosok yang sangat dominan sebagai Jokowi dan Prabowo pada 2019 sehingga memungkinkan masing-masing partai politik berkesempatan untuk mengusung tokoh-tokoh yang potensial," ujar dia.
BACA JUGA: Bursa Capres: Tak Punya Musuh, Airlangga Hartarto Bisa Berpasangan dengan Siapa Saja
PDIP dan Partai Gerindra diprediksi bakal mengusung elite partai tersebut, yakni Ketua DPR RI Puan Maharani yang disandingkan dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto atau Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Sementara itu, poros terakhir berpeluang diisi partai-partai papan tengah misalnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai NasDem, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Mereka diperkirakan mengusung kandidat-kandidat alternatif, misalnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan atau figur lain di luar kader PDIP, Gerindra, dan Golkar.
"Kalau terjadi tiga poros pada pilpres, ini sangat baik. Artinya, pemilih memiliki ragam pilihan yang cukup menarik karena kontestasi akan lebih ramai dibandingkan hanya dua pilihan," katanya.
Selain itu, jika tiga poros terbentuk pada Pilpres 2024 maka diyakini dapat mendongkrak partisipasi pemilih. "Tren peningkatan pemilih sangat mungkin terjadi pada 2024," ujarnya.
Apalagi, meningkatnya partisipasi tersebut sudah mulai terjadi pada Pilpres 2019 yang didominasi pemilih muda. Terakhir, Pilpres 2024 diprediksi bakal jauh lebih menarik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi