Pengamat Prediksi Bakal Ada 5 Paslon di Pilgubsu 2018

Rabu, 22 Februari 2017 – 03:45 WIB
JR Saragih (kiri) dan Amran Sinaga. Foto: Metro Siantar/dok.JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Sohibul Anshor Siregar menilai, pimpinan parpol yang berpengalaman dalam pemerintahan daerah akan dominan dalam perhelatan Pilgubsu 2018.

Lantas, Sohibul menyebut, gubernur petahana dan sejumlah pimpinan partai seperti Gus Irawan, Ngogesa, Tuani Lumban Tobing, JR Saragih dan Nurdin Tampubolon memiliki peluang yang cukup besar.

BACA JUGA: Ogah Kalah 3 Kali, PDIP Buka Penjaringan Cagubsu Mei

"Mereka adalah pimpinan puncak partai di Sumut. Percuma investasi besar merebut posisi itu jika tak ada reward di belakang. Pasti pimpinan partai itu ingin bertarung memperebutkan kursi Sumut 1," ujarnya seperti diberitakan Sumut Pos (Jawa Pos Group) hari ini.

Disebutkannya, beberapa waktu lalu JR Saragih membuat acara pemberian bantuan dalam rangka membangun Islamic Center di Simalungun yang diselenggarakan di Kota Medan.

“Kegiatan itu diyakini dalam rangka sosialisasi untuk maju di Pilgubsu 2018," terangnya.

Sohibul memprediksi, akan ada 4 atau 5 pasang calon yang akan bertarung di Pilgubsu 2018 dan dua diantaranya berasal dari calon perseorangan.

"Kali ini akan ada suguhan politik baru, yakni akan masih adanya calon lain dari jalur perseorangan. Ini termasuk hal penting dalam bahasan Pilgubsu 2018. Kali inilah pertamakali di Sumut akan muncul. Itu dugaan saya.”

“Mereka, paling sedikit satu orang, yang maju dari jalur ini tidak main-main dalam arti penuh kecermatan perhitungan. Mereka mengantongi modal besar dan kemampuan manuver yang terlatih dengan networking yang memadai," paparnya.

Banyaknya calon yang akan muncul diyakininya sebagai bentuk kelemahan gubernur petahana dalam memimpin Sumut. "Hitung-hitungannya begini, kalau gubernur saat ini kuat, pasti tidak ada yang akan berani maju. Contohnya saja Pilkada Tebingtinggi, pasti calon lain berhitung untuk maju kalau peluangnya kecil," jelasnya.

Pilgubsu 2018 ini, lanjut dia, sangat dekat dengan even Pemilu 2019. Karena itu semua partai terutama Golkar, PDIP, Demokrat, dan Gerindra akan menjadikannya uji tarung penting memenaskan mesin partai seperti DKI.

Rivalitas tersebut nantinya yang sama akan terjadi di daerah-daerah besar lainnya di Indonesia seperti Jabar, Jateng dan Jatim.

Di situlah pengendalian ketat partai dari Jakarta membuat pengabaian atas aspirasi rakyat hingga calon-calonnya bisa tak begitu disukasi rakyat. Jarang ada partai yang berusaha menyelami aspirasi konstituennya seperti PKS melalui simulasi pilgubsu lokal.

"Hal lain yang akan selalu penting dibahas ialah posisi incumbent HT Erry Nuradi. Ia pucuk piminan NasDem tetapi sudah cukup lama belum dilantik. Mungkin saja pimpinan pusat partai ini memiliki agenda lain berhubung salah seorang anggota DPR-RI dari Sumut ialah orang penting di partai ini, Prananda Paloh," urai akademisi UMSU itu.

Dalam kemasan pencitraan diri nanti akan ada bahasa yang menonjolkan agenda bersih anti korupsi. Itu dikaitkan dengan fakta beberapa KDH sudah pernah dihukum.

Tapi rakyat secara mayoritas tak percaya lagi itu. Mereka tahu itu semua sangat politis. Bahkan jika tokoh besar seperti Abdillah atau Rahudman Harahap atau Syamsul Arifin maju, peluang menang cukup besar.

"Ini memang paradoks, sesuai proses pembelajaran yang dialami masyarakat tentang hakekat penegakan hukum di Indinesia. Orang tak lagi begitu percaya definisi dan makna korupsi. Terlebih mereka yang melek informasi dan dapat membandingkan fenomena Jakarta dengan daerah," katanya. (dik/adz)


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Pilgubsu  

Terpopuler