Pengamat Puji Langkah Prabowo Menyerukan Perdamaian dan Kirim Bantuan ke Gaza

Rabu, 12 Juni 2024 – 20:12 WIB
Menhan sekaligus Presiden Terpilih pada Pilpres 2024 Prabowo Subianto. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Hubungan Internasional Dinna Prapto Raharja sekaligus pendiri Synergy Policies mendukung langkah Menteri Pertahanan (Menhan) dan Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto turun gunung menyerukan perdamaian dan upaya mengirimkan bantuan ke Gaza, Palestina.

Terbaru, Prabowo menggaungkannya dalam acara konferensi tingkat tinggi (KTT) "Call for Action: Urgent Humanitarian Response for Gaza" di Amman, Yordania, Selasa waktu setempat.

BACA JUGA: Israel Masuk Daftar Hitam PBB Gegara Aksi Brutal di Gaza

Dalam forum itu, Dinna juga mendukung pernyataan Prabowo yang berkomitmen Indonesia siap mengupayakan beberapa aspek bantuan untuk rakyat Palestina yang tengah menghadapi bencana kemanusiaan di Gaza.

Misalnya, Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kontribusi kepada Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

BACA JUGA: 4 Batalyon Pasukan TNI Siap Dikirim ke Gaza

“Kalau bisa Prabowo, menekan AS, untuk jangan menjadikan KTT dan gencatan senjata ini sebatas memenuhi kepentingan politik mereka saja, tetapi untuk perdamaian yang lebih permanen,” ujar Dinna, Rabu (12/6/2024).

Dinna menambahkan tidak hanya dari Amerika, genjatan senjata juga harus mau diterima oleh pihak Israel sebagai pihak yang melakukan agresi ke Gaza.

BACA JUGA: Ketua Fraksi PKS: DK PBB Harus Menghentikan Pembantaian Israel terhadap Warga Gaza dan Rafah

Indonesia sudah berkomitmen untuk mengirimkan pasukan perdamaian dan tenaga medis untuk membantu mengevakuasi warga Gaza.

Indonesia, kata Dinna, sudah mengirimkan bantuan lewat airdrop atau menerjunkan bantuan lewat udara, sementara untuk jalur darat perlu adanya persetujuan dari Israel.

“Bagaimana kontribusi Indonesia mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza? Itu sangat tergantung dari Israel. Kita sudah memberikan bantuan kemanusiaan lewat udara, tetapi kalau lewat darat perlu ada persetujuan dari Israel,” bebernya.

Lebih lanjut, Dinna menyampaikan bantuan Indonesia tidak berarti jika tanpa persetujuan Israel. Sebab situasi di Gaza sudah tidak menentu-pasca diserang Israel.

Dia menyebut infrastruktur jalan, listrik, air sangat tidak memadai untuk menyalurkan bantuan baik dari sisi tenaga medis maupun pasukan perdamaian.

“Mengoperasikan rumah sakit di Gaza. Saya tidak tahu apa yang terjadi sekarang, tetapi sudah tidak mungkin mengoperasikan rumah sakit di sana karena semua infrastruktur, listrik, air dan sebagainya sudah tidak ada. Kecuali kalau rumah sakit terapung. Itu pun kapasitasnya terbatas,” katanya.

Sementara itu, tutur Dinna, pihak Hamas sudah mau menerima gencatan senjata, namun yang masih tanda tanya besar adalah dari pihak Israel, pasalnya tetap melakukan gempuran ke Gaza sampai tawanan mereka dilepaskan.

“Hamas sudah menerima resolusi itu, tetapi Israel tidak jelas karena dalam sidang dewan keamanan PBB itu Israel tetap menegaskan akan melanjutkan perang hingga semua tawanan lepas,” bebernya.

Menurut Dinna, gencatan senjata memprediksi jika terjadi gencatan senjata berlangsung secara pendek, tetapi untuk mengupayakan gencatan senjata secara permanen perlu kerja keras lagi.

“Mungkin gencatan senjata bisa terjadi untuk jangka pendek, tetapi untuk berlangsung lama atau bahkan menjadi permanen, itu perlu kerja keras lagi, seperti yang dikhawatirkan Rusia,” ungkapnya.

Dinna menyampaikan pentingnya bekerja keras tidak hanya seruan di momen KTT tetapi juga berkelanjutan untuk menciptakan perdamaian di Gaza.

“Rusia mencurigai seruan resolusi untuk gencatan senjata yang "berlangsung lama" dalam teksnya, terlalu samar dan terbuka untuk interpretasi, yang berpotensi memungkinkan Israel untuk tetap melanjutkan operasi mereka di Gaza,” katanya.

“Meskipun abstain, Rusia menekankan pentingnya bekerja menuju gencatan senjata yang komprehensif dan permanen serta menganjurkan upaya berkelanjutan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan di wilayah tersebut,” pungkasnya.

Sebelumnya, Prabowo Subianto Menteri Pertahanan RI sekaligus Presiden Terpilih 2024 diminta untuk mewakili Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) “Call for Action: Urgent Humanitarian Response for Gaza" atau “Seruan untuk Bertindak: Tanggap Darurat Kemanusiaan untuk Gaza” di Yordania.

Hal ini disampaikan Prabowo seusai bertemu Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (6/6/2024).

"Kemudian ditugaskan saya untuk berangkat ke Yordania menghadiri KTT masalah Gaza dan beliau juga instruksi kepada saya untuk berusaha mampir dahulu di Arab Saudi," kata Prabowo.

Selain itu, Prabowo juga mengaku diinstruksikan langsung oleh Jokowi untuk mengirim tenaga kesehatan dan mengoperasikan rumah sakit di Gaza.

Prabowo juga menyebut Indonesia bersedia mengevakuasi 1.000 pasien untuk dirawat di rumah sakit Indonesia dan akan dikembalikan ke Gaza setelah pulih dan situasi di Gaza kembali normal.

Indonesia pun siap menyediakan perawatan pascatrauma dan pendidikan bagi anak-anak Gaza dan akan dikembalikan saat situasi kembali stabil.

"Kami juga bersedia mengevakuasi anak-anak dan anak yatim piatu untuk diberikan perawatan pasca trauma dan sekolah. Dan, untuk kembali ke Gaza ketika situasi menjadi normal," ungkap Prabowo.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler