LHOKSEUMAWE- Forum Komunikasi Mahasiswa Aceh (FKMA) meminta semua pihak di Aceh, agar tetap tenang, jangan mudah terpengaruh serta terprovokasi, terkait kasus penembakan warga non Aceh akhir-akhir ini, jelang Pemilukada Aceh.
Rentetan penembakan terus terjadi membuat mata dunia kembali tertuju ke Provinsi Aceh, yang baru lepas dari konflik berkepanjang 15 Agustus 2005 lalu. Bahkan, Presiden SBY telah memerintahkan Kapolri, untuk segera menangkap pelaku penembakan warga non Aceh, oleh orang tak dikenal (OTK) bersenjata api.
Tentunya, siapun pelakunya harus diusut tuntas dan dihadapkan pada meja hijau (pengadilan). “Jangan gara-gara beberapa orang yang tidak ingin Aceh menikmati perdamaian, hingga membuat kerusuhan menembak orang-orang yang tidak berdosa, lalu merusak perdamaian Aceh yang baru bangkit,” tegas Tim Advokasi FKMA, Isbahannur, kepada Rakyat Aceh (Grup JPNN), di Lhokseumawe, Sabtu (7/1).
Kata dia, elit politik Aceh, pejabat, TNI/Polri di Aceh dan semua elemen masyarakat Aceh dan warga non Aceh, harus selalu waspada setiap permainan yang dilakukan oleh perusak perdamaian Aceh.
FKMA juga berharap kepada semua rakyat Aceh, untuk bersatu bukan untuk saling menciptakan strategi pembunuhan demi meraih tujuan misi tententu. Selain itu, lanjut aktivis mahasiswa ini, memberontak atas ketidakadilan sah-sah saja sebagai warga Negara yang baik untuk melawan pemerintah zhalim yang berhukum dengan hukum rimba dan bermental korup.
Sementara itu masyarakat perdalaman Gayo Aceh Tengah mengecam dan mengutuk keras tindakan aksi penembakan brutal yang dilakukan orang tak bertanggung jawab di Aceh pesisir.
Ini disampaikan Suhardi bersama puluhan perwakilan tokoh masyarakat Aceh Tengah tergabung dalam Elemen Cinta Damai saat bertemu dengan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) setempat. Elemen masyarakat cinta damai menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dilingkungan masing-masing dan tidak terprovokasi dengan isu-isu yang mudah terpancing dalam segala hal ingin merusak perdamaian Aceh.
“Tidak semua masyarakat baca koran, jadi diharapkan wakil rakyat, aparat kampung dan polisi ikut berperan untuk secepatnya mengumumkan kepada warga untuk meningkatkan kewaspadaan dan tidak terpancing dengan isu tersebut, pinta Suhardi.
Sementara ekses rentetan penembakan brutal yang terjadi di Aceh, dua bulan terakhir ini, banyak pakar atau pengamat tak mau memberikan komentarnya seputar motif atau kemana arah tujuan pelaku yang masih belum terungkap hingga kini.
Pakar dan pengamat di Aceh yang dulunya selalu nyaring bersuara, kini lebih memilih diam kalau urusannya soal penembakan itu, kalau pun mau berkomentar tapi dengan catatan ‘off the record’.
“Tanya soal yang lain saja. Kalau itu, saya tidak mau berbicara. Statement yang bilang itu, karena kecemburuan sosial ekonomi atau lainnya, sepertinya media-lah yang mengarahkan pertanyaan ke arah itu,” kata Pakar Sosiologi dan Intelektual Akademisi, Saifuddin Bantasyam, kepada Rakyat Aceh, Sabtu (07/01) di Bandaaceh.
Senada itu, Psikolog Nurjannah Nitura juga mengomentari hal yang sama. Ia tidak mau memberikan komentar soal kejiwaan pelaku sehingga melakukan penembakan brutal seperti yang diberitakan media. Meski telah dipancing beberapa kali dengan pertanyaan-pertanyaan, namun Nurjannah ‘enggan’ menjawab.
Selain kedua orang ini, ada sejumlah pihak lainnya yang coba diwawancarai redaksi Rakyat Aceh. Hasilnya sama, mereka lebih memilih diam. Alasannya, apabila salah kasih statement, nantinya berpengaruh buruk terhadap masyarakat. (arm/ian/ron)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemkot Jamin Cirebon Bebas Banjir
Redaktur : Tim Redaksi