Pengamat Sebut Karakter Orde Baru Dimunculkan untuk Kepentingan Pilpres 2024

Rabu, 24 Januari 2024 – 07:57 WIB
Akademisi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya sekaligus pengamat komunikasi politik Henri Subiakto. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - Akademisi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya sekaligus pengamat komunikasi politik Henri Subiakto bicara soal fenomena neo orde baru (orba) yang banyak diperbincangkan beberapa bulan terakhir.

Menurut dia, neo orba dimaknai sebagai karakter orde baru yang otoritarian dan militerisme. Karakter ini sengaja dimunculkan untuk kepentingan Pilpres 2024.

BACA JUGA: Singgung Kemunculan Neo Orde Baru di Pilpres 2024, Politikus PDIP: Demokrasi Harus Diselamatkan

“Orde baru, neo yang baru. Apa itu? salah satunya intimidasi adanya penggunaan kekuasaan,” kata Henri Subiakto saat menjadi narasumber Diskusi Daring bertajuk Fenomena Neo Orba di Pilpres 2024: Demokrasi di Simpang Jalan?, Selasa (23/1/2024) malam.

Guru besar bidang ilmu komunikasi ini mengatakan pemerintah saat ini terlihat menggunakan represif aparatus atau aparatus represif untuk mengendalikan berbagai kepentingan rezim.

BACA JUGA: Sejumlah Elemen Pergerakan di Lampung Ingatkan Masa Kelam Orde Baru, Jangan Sampai Terulang

Aparatus represif, kata dia, dilakukan tidak hanya oleh TNI-Polri, tetapi juga oleh kejaksaan, aparat penegak hukum dan lembaga negara lainnya.

“Dahulu kekuatan ini dipakai oleh Orba, sekarang dipakai lagi di dalam konteks Pemilu 2024. Untuk apa? Untuk memproses kalangan tertentu yang tidak mengikuti kehendak mereka,” ujar Henri.

BACA JUGA: Pagar Muda Sepakat Mengalihkan Dukungan ke Prabowo-Gibran

Dalam kesempatan yang sama, Co-Founder Forum Intelektual Muda Muhammad Sutisna mengatakan diskusi terkait dengan neo orba di Pilpres 2024 ini berangkat dari kegelisahan anak-anak muda terhadap penguasa yang berupaya membangun dinasti politik.

Menurut dia, dinasti politik yang tercermin dalam kasus Gibran di Pilpres 2024 jangan sampai terulang.

Hal ini karena membahayakan bagi masa depan demokrasi yang menjunjung tinggi keadilan, kebersamaan dan kesejahteraan rakyat secara merata.

“Forum intelektual muda ini sengaja menggelar diskusi ini karena banyak anak-anak muda yang gelisah akan kondisi bangsa kita hari ini, terutama dalam konteks Pilpres 2024,” pungkas Sutisna.

Kegiatan Diskusi Daring bertajuk Fenomena Neo Orba di Pilpres 2024: Demokrasi di Simpang Jalan? menghadirkan Pengamat Komunikasi Politik Hendri Subiakto, Pengamat Politik Moch AS Hikam dan politikus Muda PDIP Setiawan sebagai narasumber. Sementara pesertanya adalah puluhan anak muda dan mahasiswa dari berbagai daerah.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler