jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Muhammad Budyatna menilai partai politik dalam Koalisi Merah Putih (KMP) yang hendak pindah ke Koalisi Indonesia Hebat (KIH) sama saja melakukan langkah politik yang tak cerdas. Sebab, keinginan menyeberang ke KIH yang kini menyokong pemerintahan Joko Widodo jelas didasari motivasi untuk ikut menikmati kekuasaan semata.
Penilaian Budyatna itu didasari pada langkah Golkar kubu Agung Laksono dan PPP yang ingin meninggalkan KMP demi mendukung pemerintahan saat ini. “Saya melihat Partai Golkar kubu Agung Laksono dan PPP kubu Romahurmuziy maupun Djan Faridz mau pindah ke KIH. Bagi saya, itu pilihan tidak cerdas, tidak punya panca indra karena hanya berorientasi pada kekuasaan, jabatan dan uang saja,” kata Budyatna saat dihubungi wartawan, Selasa (17/3).
BACA JUGA: Pastikan Konferda PDIP Jabar Bakal Lancar
Mestinya, lanjut Budyatna, baik Golkar kubu Agung maupun PPP paham bahwa saat ini masyarakat memberi nilai negatif pada hampir semua langkah pemerintah. Karenanya aneh kalau ada partai politik bergabung dengan pemerintah kecuali karena ingin kekuasaan, jabatan dan uang.
”Kalau sudah dipandang negatif, masih ada yang mau bergabung, itu namanya bodoh. Semua harga kebutuhan masyarakat naik diikuti menurunnya nilai tukar rupiah sebagai bukti kegagalan pemerintahan ini. Lah kalau pemerintahan gagal, masih ada yang mau ikut, kan aneh. Pemerintan ini tinggal tunggu waktu mau masuk ke jurang kok pada mau ikut,” paparnya.
BACA JUGA: Sarankan Kader Golkar di Daerah Tak Ikut Konflik DPP
Budiyatna bahkan menyebut PDIP saja sudah menyesal mengusung Jokowi. Selain itu, lanjut Budyatna, Wapres Jusuf Kalla tampaknya juga sudah tidak sejalan dengan langkah Jokowi.
“Kesannya, Megawati sudah menyesal mengusung Jokowi. Rakyat juga begitu. Semua janji tidak ditepati dan baru sadar semua yang dilakukan Jokowi sebelum jadi presiden hanya pencitraan semata,” tegasnya.
BACA JUGA: Fadli Zon Sebut Menkumham Operator Politik
Beda halnya kalau pemerintahan Jokowi berhasil dan ditandai dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat, kuatnya perekonomian, penegakan hukum hingga stabilitas pemerintahan, kata Budyatna, maka pindahnya partai politik dari KMP ke KIH sangat bisa dimaklumi. Sayangnya, Budyatna menilai tak ada yang bisa diharapkan dari pemeirntahan Jokowi.
“Lah ini semuanya gagal kok mau diikuti? Mungkin kalau di pemerintahan yang sukses, orang-orang seperti Agung Laksono, Djan Faridz dan Romahurmuziy tidak akan terpakai, jadinya mereka hanya bisa ikut cawe-cawe dalam pemerintahan yang kusut seperti saat ini,” pungkasnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Absen Tiga Kali Berturut-Turut. Anggota PPK dan PPS Bisa Diberhentikan
Redaktur : Tim Redaksi