jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai kontestasi Pilkada Jakarta 2024 akan berlangsung sengit.
Menurut Adi, bukan hanya pertarungan antar kandidat yang menjadi sorotan, tetapi juga peran 'King Maker' di balik pasangan calon (paslon) yang bertarung.
BACA JUGA: Para Kades Kembali Diingatkan Bersikap Netral di Pilkada 2024
Adi mengungkapkan di balik paslon nomor urut 01 Ridwan Kamil-Suswono (RIDO), terdapat dukungan dari dua tokoh besar, yakni Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi). Keduanya dianggap sebagai 'King Maker' utama bagi pasangan tersebut.
Sementara itu, paslon nomor urut 02 Pramono Anung-Rano Karno didukung oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri serta Anies Baswedan.
BACA JUGA: Komunitas E-Sports Maluku Utara Deklarasikan Dukungan untuk HAS di Pilgub Malut 2024
Namun, menurut Adi, hingga saat ini Anies belum secara terbuka menyatakan dukungannya kepada Pramono Anung dan Rano Karno.
“Anies belum terlihat mendukung secara terbuka Pram-Rano. Hanya beberapa jubir saja yang bergabung dengan tim Pram-Rano. Per hari ini, belum terlihat Anies bertemu Megawati untuk menyamakan kepentingan demi memenangkan Pram-Rano. Yang jelas, the one and only, Megawati adalah 'King Maker' utama di sini,” ujar Adi pada Selasa (19/11/2024).
BACA JUGA: Momen Ridwan Kamil Soroti Kerja Ahok dan Anies di Debat Pilgub Jakarta
Adi juga menambahkan dukungan Anies sejauh ini hanya disampaikan melalui perantara, salah satunya adalah Sahrin Hamid yang bertindak sebagai juru bicaranya.
“Kalau memang benar Anies mendukung Pram-Rano, seharusnya ia menyatakan secara terbuka, ikut turun kampanye dan menjadi juru kampanye (jurkam) untuk meyakinkan pemilihnya agar mendukung Pram-Rano,” ucapnya.
Lebih jauh, Adi menggarisbawahi di tingkat akar rumput, pendukung Anies dan PDIP—khususnya mereka yang mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)—masih sulit untuk menyatu.
Menurut Adi, luka politik dari Pilkada DKI Jakarta 2017 masih terasa, terutama akibat perbedaan ideologi yang mencolok antara kedua kubu.
“Pemilih Anies dan Ahok pada Pilkada Jakarta 2017 lalu sangat ideologis. Tidak mudah menyatukan dua kubu pemilih yang luka hatinya masih membekas hingga saat ini. Di level elite mungkin terlihat akur, tetapi di tingkat akar rumput belum tentu,” ujar Adi.
Adi menambahkan hingga kini belum ada titik temu yang jelas antara pendukung Anies dan Ahok untuk berdamai.
“Pendukung Ahok sulit melupakan demo berjilid-jilid yang dilakukan oleh kelompok pendukung Anies seperti Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama dan Alumni 212, yang menuntut Ahok dipenjara karena dianggap menistakan agama,” ujarnya.
Adi juga mencatat kelompok seperti GNPF Ulama, Alumni 212, serta sebagian besar pemilih PKS sulit untuk berdamai dengan Ahok dan pendukungnya.
Begitu pula sebaliknya, pendukung Ahok juga masih enggan menerima pihak-pihak yang terlibat dalam aksi-aksi tersebut.
Sementara itu, paslon Ridwan Kamil-Suswono tampak lebih nyaman dengan dukungan dari Prabowo dan Jokowi.
Dukungan ini diprediksi akan meningkatkan elektabilitas pasangan yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Namun, menurut Adi, dukungan di media saja tidak cukup. Para 'King Maker' juga harus turun langsung ke lapangan untuk lebih meyakinkan pendukung mereka.
“Endorsement elite kunci seperti Jokowi dan Prabowo sangat penting dalam meningkatkan elektabilitas calon. Ada keyakinan bahwa pemilih loyal mereka akan mengikuti arah dukungan tersebut, tetapi endorsement saja tidak cukup. Para elite kunci harus turun langsung bekerja, menjadi juru kampanye, dan secara aktif mengarahkan pemilihnya ke calon tertentu,” tegasnya.
Adi mencontohkan Jokowi yang secara terbuka mendukung Ridwan Kamil, telah menunjukkan usahanya untuk mengonsolidasikan pemilih loyalnya agar mendukung pasangan RK-Suswono.
“Jokowi sepertinya akan turun langsung menggerakkan mesin politiknya di Jakarta demi memenangkan RK-Suswono,” ujar Adi.(fri/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Friederich Batari