jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Ari Junaedi mengaku tidak aneh melihat gencarnya pihak tertentu mengaitkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dengan buruknya kinerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Pasalnya, beberapa bulan ke depan Indonesia bakal kembali menggelar pemilihan presiden. Fakta lain, hasil survei berbagai lembaga independen juga memperlihatkan elektabilitas Jokowi terus melambung.
BACA JUGA: Sebenarnya Pak JK Mau Jadi Abdi Rakyat atau Pemburu Kuasa?
Sementara di kubu oposisi, masih berkutat menginginkan kader terbaik masing-masing duduk sebagai pasangan capres-cawapres.
Karena itu, tak heran berbagai rumor terus dimainkan untuk menjatuhkan Jokowi. Padahal jika ditinjau dari sejumlah aspek, melemahnya nilai tukar rupiah disebabkan faktor eksternal, bukan karena lemahnya kinerja pemerintah.
BACA JUGA: Pilpres 2019: Terbuka Peluang Jokowi Lawan Kotak Kosong
"Saya masih melihat, amunisi oposisi selalu memanfaatkan hal-hal yang tidak terkait dengan Jokowi, tapi selalu dikaitkan dengan Jokowi," ujar Ari kepada JPNN, Minggu (22/7).
Sebagai contoh, Ari menyebut hasil piala dunia 2018, dimana Kroasia berhadapan dengan Prancis.
BACA JUGA: Bahas Koalisi, SBY dan Prabowo Bakal Bertemu 24 Juli
"Kalahnya Kroasia terhadap Prancis bahkan dipandang kubu oposisi sebagai salahnya Jokowi, walau orang yang sadar itu hoaks, menganggapnya sebagai hal yang lucu untuk dikaitkan dengan Jokowi," katanya.
Pengajar di Universitas Indonesia menilai, sudah waktunya kubu oposisi bersikap cerdas. Misalnya, mengembangkan rumor yang memang terkait langsung dengan kinerja Jokowi-JK. Karena masyarakat saat ini sudah sangat cerdas melihat fakta yang ada.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... The Power of Emak-Emak: Sri dan Susi Layak Cawapres Jokowi
Redaktur & Reporter : Ken Girsang