Pengamat: Surplus Perdagangan Indonesia Patut Diapresiasi

Rabu, 08 Maret 2023 – 09:46 WIB
Pengamat Ekonomi dan Energi Terbarukan yang juga mantan aktivis Mahasiswa Era Tahun 90-an dari Universitas Kristen Indonesia Djonli Tangkilisan. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Surplus perdagangan Indonesia sebaiknya tidak saja berdampak pada ekonomi nasional, tetapi juga harus berdampak positif bagi ekonomi kerakyatan dan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah(UMKM).

Artinya, harus ada konektivitas peningkatan usaha-usaha perekonomian kaum marginal di Indonesia. Surplus perdagangan Indonesia menyentuh angka US$54 miliar atau Rp831 triliun.

BACA JUGA: Rupiah Hari Ini Moncer Ditopang Surplus NPI 2022 yang Memuaskan

Hal itu dikatakan Pengamat Ekonomi dan Energi Terbarukan yang juga mantan aktivis Mahasiswa Era Tahun 90-an dari Universitas Kristen Indonesia Djonli Tangkilisan di Jakarta, Rabu (8/3/23).

Menurut Djonli, sektor usaha kaum marginal atau UMKM berpotensi dalam kontribusi positif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan masyarakat.

BACA JUGA: Jerry Sambuaga Optimistis IKN Bisa Mempercepat Perdagangan di Luar Jawa dan Sumatera 

Oleh karena itu, UMKM sangat berperan dalam mengurangi kesenjangan atau ketimpangan ekonomi kerakyatan dan kaum marginal di Indonesia.

Apalagi, kata Djonli, UMKM Indonesia memiliki peran stabilisator dan pendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lapisan bawah dan kaum marginal.

BACA JUGA: BPS: Neraca Perdagangan Surplus 33 Bulan

"Masyarakat lapisan bawah dan kaum marginal yang berikhtiar di sektor UMKM, harus mendapatkan perhatian pemerintah dengan berbagai kebijakan yang merangkul masyarakat yang berikhtiar di sektor ekonomi kerakyatan yang memiliki kontribusi positif bagi peningkatan ekonomi nasional," kata Djonli yang juga Bakal Caleg DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) pada Pemilu 2024, Dapil DKI Jakarta 3 (Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu).

Terkait surplus perdagangan Indonesia, menurut Djonli, patut untuk diapresiasi.

Dia menilai prestasi dan capaian surplus perdagangan Indonesia ini patut dan layak diapresiasi.

Hal ini tidak mungkin dicapai tanpa kerja cerdas dan kerja keras. Termasuk di dalamnya peran ekonomi kerakyatan dan sektor UMKM yang Indonesia capai ini harus terus ditingkatkan demi meningkatkan derajat ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat di lapisan bawah dan kaum marginal.

Djonli yang juga Aktivis Mahasiswa era 1990-an ini mengatakan upaya pemerintah dalam kerja sama perdagangan dengan negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, China, India dan yang lainnya, menjadi perhatian penting.

Kebijakan dan implementasi perdangangan Indonesia itu ditindaklanjuti oleh Kementerian Perdagangan.

Djonli mengatakan prestasi yang dilakukan Kementerian Perdagangan ini harus dipertahankan. Tentu harapannya akan makin meningkat. Tidak hanya volume perdagangannya tetapi juga jenis dan bidang perdagangan yang diproduksi Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah harus pula menggenjot produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM dan kaum marginal di Indonesia.

"Surplus perdagangan ini tidak saja meningkatkan eksistensi Kementerian Perdagangan, tapi juga harkat dan martabat Indonesia di mata dunia internasional dan menjadi sinyal kuat kemajuan ekonomi nasional," kata Djonli.

Djonli menambahkan, apa yang diungkapkan Presiden Joko Widodo saat pidato di Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Amanat Nasional (PAN) di Semarang belum lama ini adalah bentuk apresiasi, kegembiraan dan kebanggaan Presiden Jokowi.

Sebagai aktivis yang concern di sektor UMKM dan ekonomi kerakyatan serta kaum marginal Djonli menekankan, sangat penting pemerintah terus mendorong sektor UMKM dan ekonomi kerakyatan serta kaum marginal di Indonesia.

Yang paling utama, kata dia, mencintai produksi dalam negeri dilakukan di jajaran Pemerintah hingga masyarakat luas serta pelaku usaha meningkatkan kualitas produk nya supaya bisa bersaing dengan produk luar negri.

Seperti diketahui bahwa Indonesia sekarang ini mengalami surplus terhadap Amerika Serikat (AS) sebeasar US$16,6 miliar atau Rp 253 triliun. Dengan India, surplus Indonesia US$14,1 juta (Rp 215 triliun).

Dengan Uni Eropa Indonesia surplus US$9,8 juta (Rp 149 triliun).(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler