BENGKULU--Pengantin baru, Murlihan (30) dan istrinya Poka (25), petani Desa Air Punggur Kecamatan Muara Kemumu, Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu, tewas diterjang banjir bandang Sungai Air Punggur, pukul 00.30 WIB, Selasa (18/3).
Selain itu pondok korban dan 5 pondok petani juga hanyut terbawa air bah. Kelima pondok itu milik Supran, Mahwan, Dani, Wakur dan Hikman. Posisi pondok korban dan 5 pondok lainnya berada di pinggir Sungai Air Punggur yang lebarnya tak lebih dari 6 meter. Selama ini air sungai terlihat dangkal. Tapi, ketika hujan deras turun mulai menjelang magrib, air sungai mendadak banjir.
Setelah air Sungai Punggur mulai menyusut, sekitar pukul 04.00 WIB dinihari, warga mulai melakukan pencarian terhadap pasangan suami istri malang itu.
Setelah menyisiri pinggiran sungai, menjelang pukul 06.00 WIB, mayat Poka akhirnya ditemukan dalam posisi tertimbun lumpur di pinggir sungai sekitar 1 km dari lokasi pondok. Pukul 12.00 WIB, mayat Murlihan berhasil ditemukan sekitar 200 meter dari lokasi pondok korban.
BACA JUGA: Tak Kunjung Diumumkan, Peserta CPNS Geruduk Rumah Gubernur
"Ketika kita bersama warga menyisiri pinggiran sungai yang airnya mulai menyurut, sekitar pukul 06.00 WIB kita melihat ada tangan di balik lumpur. Setelah kita periksa ternyata tangan itu adalah tangan Poka istri Murlihan. Lalu, mayat itu kita gali dan langsung kita evakuasi. Sedangkan suaminya terus kita cari," jelas Kades Air Punggur, Muara Kemumu, Kepahiang, Azhar Alamsyah.
Upaya pencarian mayat Murlihan asal Desa Nanjungan, Seluma itu dilakukan warga bersama tim SAR, personel TNI dari Koramil, Polres Kepahiang dan Polsek Bermani Ilir yang dipimpin Wakapolres Kompol Asep Sayidi Wijaya,SIK danKabag Ops AKP SM Munthe,SH. Serta Camat Muara Kemumu, Adnan Aroko,SE,MM dan Kepala BPBD Kepahiang, Anudin, turun membantu pencarian dan pengevakuasian korban.
BACA JUGA: Misteri Sumur Berair Mendidih
Menjelang pukul 12.00 WIB, mayat Murlihan yang juga tertimbun lumpur berhasil ditemukan dan dievakuasi. Ketika ditemukan, bagian kepala dan wajah Murlihan dan istrinya Poka juga mengalami luka robek serius.
Diduga luka itu akibat terbentur batu cadas di dasar sungai atau terkena hantaman pohon-pohon yang hanyut terbawa arus banjir.
Mayat suami istri malang yang ditemukan itu lebih dulu dimasukan ke dalam kantung mayat. Lalu, warga membaca doa bersama di halaman rumah warga. Siang itu juga, kedua mayat petani itu dilarikan ke IGD RSUD Kepahiang.
BACA JUGA: Ratusan Bidan PTT Belum Terima Gaji
Setibanya di IGD RSUD Kepahiang, luka-luka pasangan suami istri itu dijahit tim medis RSUD Kepahiang yang dipimpin dr Ratna Siagian, mayat suami istri malang itu langsung dilarikan ke kampong halamannya di Desa Nanjungan, Seluma.
Sedangkan, penghuni 5 pondok lain yang posisinya berdekatan dengan pondok korban berhasil menyelamatkan diri.
Mahwan, (30), petani yang berhasil menyelamatkan diri dari terjangan banjir bandang Sungai Air Punggur Kecamatan Muara Kemumu, Kepahiang yang menewaskan pasangan pengantin baru Murlihan (30) " Poka (25) mengaku trauma.
"Malam itu seperti mau kiamat. Hujan turun deras dan halilintar bersahutan. Tiba-tiba saya mendengar suara gemuruh di sungai. Lalu saya yang sedang ngobrol bersama Murlihan di pondok Murlihan itu langsung ke luar dan langsung melompat dari pondok setinggi 1,5 meter itu. Sedangkan Murlihan dan istrinya masih berada di dalam karena istrinya sudah tidur," jelas Mahwan.
Dalam hitungan detik lanjut Mahwan, 6 pondok yang berdekatan dengan pondok Murlihan langsung hanyut terbawa banjir.
"Saya langsung berlari ke pondok Wakidi yang berada dibagian tanah lebih tinggi. Pondok saya juga hanyut. Untung saja, istri dan anak-anak saya berada di Desa Nanjung, Seluma. Jadi mereka selamat. Malam itu juga kami melaporkan kejadian itu ke rumah Pak Kades," tutur Mahwan.
Penjelasan Mahwan dibenarkan kakaknya, Hikman (40) yang juga tinggal tak jauh dari pondok Murlihan. Hikman yang belum tertidur masih mampu melompat dari pondok dan bergegas berlari ke lokasi yang lebih tinggi. Istri dan anak Hikman juga berada di Desa Nanjungan.
"Seluruh barang di dalam pondok kami hilang. Barang-barang itu berupa pakaian, alat dapur, kopi biji yang baru dipanen. Serta mesin penumpun kopi saya juga hilang," terang Hikman.
Begitu air mulai menyusut, warga bersama perangkat desa langsung melakukan pencarian mayat Murlihan dan istrinya Poka. Setelah hari mulai terang, rombongan Polres, tim SAR, BPBD dan Camat berdatangan membantu pencarian.
"Kami sudah lama bekebun disini dan Air Punggur tidak pernah banjir baru kali ini Air Punggur Banjir besar," kata Hikman seraya menyebutkan kebun kopinya sudah mulai panen.
Wakapolres Kepahiang, Kompol Asep Sayidi Wijaya, SIK, mengimbau warga untuk mewaspai munculnya banjir susulan. Soalnya, saat ini sedang musim hujan.
"Untuk menghindari banjir susulan, warga yang tinggal di pinggir sungai dapat mengungsi ke lokasi yang lebih aman dulu," kata Wakapolres.
Sebab, lanjut Wakapolres, banjir bandang dapat muncul secara tiba-tiba dan waktu kemunculannya tidak bisa diperkirakan. "Begitu hujan deras turun dalam waktu lama, maka, sangat berpotensi terjanji banjir susulan yang dikhawatirkan akan lebih besar," jelas Wakapolres.
Sementara Kepala BPBD Kepahiang, Anudin, mensinyalir, banjir bandang itu terjadi karena banyaknya aksi penggundulan hutan di bagian hulu sungai. Akibatnya, ketika hujan turun deras, air langsung meluncur deras.
"Untuk itu, aksi penggundulan hutan di wilayah hulu harus dihentikan. Karena pembabatan hutan secara liar akan melahirkan dampak negatif bagi keseimbangan ekosistem. Salah satu dampaknya adalan banjir bandang," ujar Anudin. (rhy)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ambil Paksa Mobil, Leasing Diperkarakan
Redaktur : Tim Redaksi