Pengebom Gereja Sempat Bilang Sudah Insaf

Senin, 14 November 2016 – 17:37 WIB
Juhanda yang diduga menjadi pelaku pengeboman Gereja Oikumene di Samarinda. Foto: SAIPUL ANWAR/KALTIM POST/JPNN.com

jpnn.com - SAMARINDA – Kejadian pengeboman dengan molotov di Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Loa Janan Ilir, Samarinda, Kaltim, sebenarnya sudah diprediksi.

Warga sekitar bahkan telah mewanti-wanti aksi teror di lingkungan mereka.

BACA JUGA: Gelar Razia di Indekos, Hasilnya Tujuh Pasangan Mesum

Ketua RT 03, Kelurahan Sengkotek, Sandi Santoso, membenarkan bahwa informasi itu dia terima sejak kedatangan Juhanda sekitar dua tahun lalu.

Juhanda juga yang melapor kepadanya mengenai keterlibatan dalam kerusuhan Poso.

BACA JUGA: Tertutup Longsor, Jalan Cisarua-Lembang Lumpuh Sejak Kemarin

“Kami langsung waspada. Sejak saat itu, kami terus memantau dan menjaga tempat ibadah di sini,” bebernya.

Dalam berbagai pengamatan, Sandi mengatakan, Juhanda terlihat baik dan mengaku sudah tobat.

BACA JUGA: Jalasenastri Ikut Pertunjukan pada Festival Bahari Kamal 2016

Dia pun bekerja sebagai penjual ikan. “Meskipun orang itu sedikit tertutup,” jelasnya.

Selama 36 tahun tinggal di Sengkotek, Sandi menuturkan, baru kali ini terjadi hal mengerikan seperti itu. “Saya benar-benar kecolongan,” lanjutnya.

Biasanya, setiap ada ibadah, dia selalu berdiri di seberang jalan gereja bersama Babinkamtib dan Babinkamtibmas. Tetapi tidak pada Ahad kemarin.

Dirinya kaget lantaran menerima kejadian tragis tersebut melalui orang lain. Ketika sampai di lokasi, kerumunan warga telah ramai.

Pengeboman gereja kemarin bertepatan dengan pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) III Korpri Nasional.

Tempat ibadah yang dijadikan sasaran bom merupakan gereja tua. Gereja Oikumene dibangun pada 1981 merupakan wadah beribadah empat jemaat dari gereja yang berbeda.

Umat yang memakai gereja itu yakni Gereja Jemaat Kristus Indonesia (GJKI), Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI), dan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII).

Dalam sepekan, selalu ada yang menggunakan Gereja Oikumene untuk beribadah.

“Minggu yang paling banyak,” terang Pendeta Simeon dari GPDI.

Ibadah pertama pada ahad pagi diawali GKJI dari pukul 06.00–07.30 Wita.

Diikuti HKBP pada pukul 08.00–10.00 Wita lalu GPDI. Total jemaat mencapai ratusan orang.

Kewaspadaan terhadap Juhanda juga diakui Kapolresta Samarinda Kombes Pol M Setyobudi.

Selepas kejadian, dia menyebutkan bahwa Juhanda sudah dipantau sejak setahun terakhir.

“Kami mendapat informasi pelaku pernah terlibat dalam Bom Buku di Jakarta,” terangnya.

Kapolda Kaltim Irjen Pol Safaruddin yang juga datang ke lokasi kejadian turut menyayangkan peristiwa itu.

“Kami belum mengetahui motifnya. Kami dalami terlebih dahulu,” ucapnya.

Dirinya meminta tempat ibadah serta tempat keramaian dijaga.

“Kewaspadaan di kantor polisi juga harus ditingkatkan,” ingatnya.

Kapolda menjelaskan, bom yang meledak termasuk molotov. Bom yang meneror jemaat gereja tergolong berdaya ledak rendah. Hal ini dilihat dari dampak kerusakan yang ditimbulkan.

“Saya sampaikan, ini murni tindakan kriminalitas dan tidak ada kaitan dengan aksi 4 November. Murni jaringan teroris,” tegasnya.

Dia meminta masyarakat bekerja sama dengan kepolisian. Kalau mengetahui orang baru yang mencurigakan, segera dilaporkan.

Dia menekankan, TNI dan Polri akan bersinergi mengamankan kawasan yang dianggap rawan. (ypl/pra/*/nyc/*/dq/fel/rom/sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Samarinda Masih Berduka, Molotov Hantam Wihara di Singkawang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler