jpnn.com - JAKARTA – Meski telah berdiri selama 40 tahun, PT Inalum hingga saat ini hanya mampu menghasilkan 240 ribu ton aluminium setiap tahun.
Sementara Malaysia, meski baru tahun ini membangun pabrik peleburan aluminiumnya, diperkirakan mampu menghasilkan hingga 400 ribu ton setiap tahun.
BACA JUGA: PLN tak Akan Pernah Mampu Cukupi Kebutuhan Listrik
“Industri ini miliki prospek yang sangat baik. Diharapkan Inalum jadi motor penggerak industri berbasis bauksit di Indonesia. Malaysia baru saja tahun ini dirikan pabrik peleburan berkapasitas 400 ribu ton per tahun. Sementara kita masih 250 ribu ton,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Kerjasama Industri Internasional, Kementerian Perindustrian, Agus Tjahyono, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI, di Jakarta, Rabu (16/10).
Guna mencapai target hingga 400 ribu ton/tahun, pemerintah menurut Agus, perlu melakukan beberapa langkah nyata setelah Inalum 100 persen menjadi milik Indonesia, 1 November 2013 mendatang. Di antaranya, perlu tambahan modal.
BACA JUGA: Dipastikan, Karyawan Inalum Aman
Modal tersebut nantinya akan digunakan paling tidak untuk membangun satu pelabuhan lagi, menambahi dua pelabuhan milik Inalum yang ada di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, saat ini. Selain itu juga digunakan untuk membangun satu pembangkit listrik lain.
“Untuk peningkatan kapasitas hingga 400 ribu ton/tahun, dibutuhkan Rp 10 triliun. Karena harus bangun satu pelabuhan baru yang harganya mencapai US $ 500 juta. Terus kita harus punya pembangkit lagi satu. Sekarang uang mereka (Inalum) ada US $ 350 juta. Kalau 40 persen (saham Indonesia) berarti hanya US $ 120 juta,” katanya.
BACA JUGA: PLTU Pacitan Molor Akibat Faktor Alam
Untuk mendapatkan tambahan modal, kata Agus, salah satunya dapat dilakukan dengan melepas saham Inalum ke bursa saham. Namun tentunya langkah tersebut baru dapat dilakukan jika setelah resmi menjadi milik Indonesia, dan setelah terlihat adanya peningkatan dari kualitas perusahaan Inalum.
“Itu memungkinkan kalau perusahaan sehat. Tapi menurut saya, sekarang yang terpenting menyelesaikan urusan di internal dulu. Baik terkait legalitasi, urusan pasokan bahan bauksit, langganan dan lain-lain. Jadi kalau kita rintis masuk ke lantai bursa, nantinya itu tanggung jawab manajemen baru. Itu masalah corporate. Tugas tim saat ini hanya melihat sampai mana kemungkinan peluang peningkatan,” katanya.
Sementara itu ditanya terkait siapa yang memimpin Inalum nantinya, Agus menyatakan pimpinan manajemen PT Inalum yang baru akan dipilih pada saat perusahaan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), 30 Oktober mendatang.
Nanti selain RUPS, akan ada juga pengakhiran master agreement (perjanjian kerjasama yang ditandatangani 1975 lalu) berupa penandatanganan pengakhiran masa kerjasama. Lalu penjualan saham milik Jepang. Jadi pada saat itulah Inalum jadi milik kita,” katanya.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan Iskan Dorong Budidaya Jamur Merang di Rusunawa
Redaktur : Tim Redaksi