DEPOK - Uji coba penerapan e-ticketing oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) sampai 1 Juni 2013 nanti membuat ratusan penumpang di Stasiun Depok Baru menemui masalah. Mereka terpaksa antre cukup lama, bahkan ada yang marah-marah kepada petugas pengamanan yang menjaga pintu get in dan get out saat sosialisasi tiket elektronik itu diberlakukan.
Itu karena dua pintu get out tidak berfungsi alias rusak. Selain itu, ada juga kasus tiket yang dibeli tidak bisa masuk ke dalam alat e-ticketing lantaran tidak sesuai dengan tempat tujuan. Bahkan, petugas keamanan harus membawa dua alat pendeteksi kartu agar antrean penumpang yang turun dari kereta api tidak mengular.
"Macet dan kartunya tidak bisa masuk. Jadi kami kesulitan dengan e-ticketing ini. Coba kalau pakai tiket manual lebih mudah. Petugas juga bilang tiketnya harus sesuai tujuan, kalau tidak mana bisa keluar. Sangat menyulitkan," terang Lian Anggara, 44, salah satu penumpang KRL Commuter Line jurusan Jakarta dan Depok kepada INDOPOS, di depan pintu get out Stasiun Depok Baru, Minggu (26/5).
Lian menambahkan, di setiap loket tiket tidak ada satu pun petugas mempertanyakan kepada penumpang stasiun tujuan yang hendak dituju. Justru, petugas menanyakan tujuan keberangkatan saja. Seperti tujuan Manggarai, Depok dan Bogor saja. Namun, petugas tak menanyakan tujuan stasiun yang hendak dituju penumpang.
"Coba kalau ditanya mau ke stasiun mana pasti tidak akan seperti ini. Makanya saya minta jika ini diterapkan seharusnya sudah mulai diberikan daftar tiket dengan tujuan stasiun yang dikehendaki penumpang. Saya dukung kalau e-ticketing untuk menertibkan penumpang liar. Tetapi sekarang justru terbalik penerapannya buat penumpang lain kesulitan," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Lusi Apriana, 26, penumpang kereta yang sempat bersitegang dengan petugas keamanan pintu get out. Dirinya sempat tidak bisa keluar Stasiun Depok Baru dan harus membeli tiket menuju Stasiun Depok Lama karena tiket yang dipergunakan harusnya berhenti di Stasiun Pondok Cina.
"Lah ini bukan salah saya, ini murni kesalahan penjual tiket. Saya hanya ditanya tujuan saja tidak berhenti di stasiun mana. Sempat ribut kecil dan akhirnya saya diperbolehkan keluar melalui pintu samping," tuturnya.
Perempuan yang bekerja di salah satu bank swasta di bilangan Mangga Besar ini berharap sosialisasi e-ticketing dari PT KAI lebih jelas dan detail. Sebab, penerapan program baru yang melatih penumpang agar tertib baru kali ini dilakukan. Sosialisasi itu juga tidak bisa secepat kilat membuat calon penumpang mengerti. Karena, mayoritas penumpang transportasi masal ini datang dari kalangan menengah bawah.
"Ini hanya sekedar permintaan saya dan penumpang lain. Tapi saya mendukung penerapan e-ticketing agar tertib dan nyaman menggunakan kereta api," katanya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Depok Baru Didin R mengatakan tidak berfungsinya dua pintu get in dan get out karena beberapa alatnya memang belum terpasang. Selain itu, uji coba e-ticketing belum berjalan sempurna.
Namun, pihaknya berjanji akan segera memperbaiki mesin get out dan mensosilalisasikan e-ticketing ke penumpang terkait stasiun yang hendak dituju. "Untuk sementara kami tempatkan petugas membantu penumpang yang salah membeli tiket biar tidak terjadi kekisruhan," cetusnya.
Terpisah, Humas PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa mengatakan, sosialisasi penerapan e-ticketing sudah dilakukan secara matang termasuk engan cara menghitung untung dan rugi maupun kenyamanan penumpang. Dalam tahap awal pihaknya mengatakan telah menyiapkan 323 gate di 63 stasiun di Jabodetabek. Untuk mendukung penerapan sistem e-ticketing tersebut, juga disiapkan 462 perangkat otomatis sistem.
Namun, tidak semua alat tersebut sudah terpasang karena masih membutuhkan pemasangan sistem. "Harus diakui memang banyak keluhan, dan itu sangat wajar sekali. Karena tidak ada satupun uji coba berjalan mulus. Tetapi kami yakin sebentar lagi juga masyarakat akan paham dan mengerti e-ticketing," tandasnya kepada INDOPOS.(cok/jpnn)
Itu karena dua pintu get out tidak berfungsi alias rusak. Selain itu, ada juga kasus tiket yang dibeli tidak bisa masuk ke dalam alat e-ticketing lantaran tidak sesuai dengan tempat tujuan. Bahkan, petugas keamanan harus membawa dua alat pendeteksi kartu agar antrean penumpang yang turun dari kereta api tidak mengular.
"Macet dan kartunya tidak bisa masuk. Jadi kami kesulitan dengan e-ticketing ini. Coba kalau pakai tiket manual lebih mudah. Petugas juga bilang tiketnya harus sesuai tujuan, kalau tidak mana bisa keluar. Sangat menyulitkan," terang Lian Anggara, 44, salah satu penumpang KRL Commuter Line jurusan Jakarta dan Depok kepada INDOPOS, di depan pintu get out Stasiun Depok Baru, Minggu (26/5).
Lian menambahkan, di setiap loket tiket tidak ada satu pun petugas mempertanyakan kepada penumpang stasiun tujuan yang hendak dituju. Justru, petugas menanyakan tujuan keberangkatan saja. Seperti tujuan Manggarai, Depok dan Bogor saja. Namun, petugas tak menanyakan tujuan stasiun yang hendak dituju penumpang.
"Coba kalau ditanya mau ke stasiun mana pasti tidak akan seperti ini. Makanya saya minta jika ini diterapkan seharusnya sudah mulai diberikan daftar tiket dengan tujuan stasiun yang dikehendaki penumpang. Saya dukung kalau e-ticketing untuk menertibkan penumpang liar. Tetapi sekarang justru terbalik penerapannya buat penumpang lain kesulitan," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Lusi Apriana, 26, penumpang kereta yang sempat bersitegang dengan petugas keamanan pintu get out. Dirinya sempat tidak bisa keluar Stasiun Depok Baru dan harus membeli tiket menuju Stasiun Depok Lama karena tiket yang dipergunakan harusnya berhenti di Stasiun Pondok Cina.
"Lah ini bukan salah saya, ini murni kesalahan penjual tiket. Saya hanya ditanya tujuan saja tidak berhenti di stasiun mana. Sempat ribut kecil dan akhirnya saya diperbolehkan keluar melalui pintu samping," tuturnya.
Perempuan yang bekerja di salah satu bank swasta di bilangan Mangga Besar ini berharap sosialisasi e-ticketing dari PT KAI lebih jelas dan detail. Sebab, penerapan program baru yang melatih penumpang agar tertib baru kali ini dilakukan. Sosialisasi itu juga tidak bisa secepat kilat membuat calon penumpang mengerti. Karena, mayoritas penumpang transportasi masal ini datang dari kalangan menengah bawah.
"Ini hanya sekedar permintaan saya dan penumpang lain. Tapi saya mendukung penerapan e-ticketing agar tertib dan nyaman menggunakan kereta api," katanya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Depok Baru Didin R mengatakan tidak berfungsinya dua pintu get in dan get out karena beberapa alatnya memang belum terpasang. Selain itu, uji coba e-ticketing belum berjalan sempurna.
Namun, pihaknya berjanji akan segera memperbaiki mesin get out dan mensosilalisasikan e-ticketing ke penumpang terkait stasiun yang hendak dituju. "Untuk sementara kami tempatkan petugas membantu penumpang yang salah membeli tiket biar tidak terjadi kekisruhan," cetusnya.
Terpisah, Humas PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Eva Chairunisa mengatakan, sosialisasi penerapan e-ticketing sudah dilakukan secara matang termasuk engan cara menghitung untung dan rugi maupun kenyamanan penumpang. Dalam tahap awal pihaknya mengatakan telah menyiapkan 323 gate di 63 stasiun di Jabodetabek. Untuk mendukung penerapan sistem e-ticketing tersebut, juga disiapkan 462 perangkat otomatis sistem.
Namun, tidak semua alat tersebut sudah terpasang karena masih membutuhkan pemasangan sistem. "Harus diakui memang banyak keluhan, dan itu sangat wajar sekali. Karena tidak ada satupun uji coba berjalan mulus. Tetapi kami yakin sebentar lagi juga masyarakat akan paham dan mengerti e-ticketing," tandasnya kepada INDOPOS.(cok/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Penumpang KRL Mengeluh
Redaktur : Tim Redaksi