DEPOK - Ratusan penumpang Kereta Api Listrik (KRL) di Stasiun Pondok Cina, mengeluhkan penutupan pintu belakang Mal Depok Town Square (Detos) yang mengarah ke stasiun tersebut. Pasalnya, para penumpang transportasi massal ini harus memutar dan berjalan sejauh 350 meter untuk mencapai loket tiket. Mereka juga kebingungan untuk memarkir kendaraan di dekat stasiun. Penutupan akses itu dilakukan pada Jumat (24/5), siang.
“Jauh sekali sekarang jalannya ke stasiun. Ini gara-gara akan diberlakukannya e-tiketing dan pelarangan pemkot membuka jalan pintas. Terus bagaimana saya dan penumpang KRL mau parkir motor, kalau parkiriannya saja tidak ada,” ungkap salah seorang pengguna parkir Detos dan Pelanggan KRL, Rahmat (30) kepada INDOPOS (JPNN Grup).
Warga Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, ini juga mengatakan, alasan penutupan pintu masuk ke stasiun itu tidak lain untuk menerapkan parkir park and ride ini sangat merugikan pelanggan KRL. Sebab, program kerjasama antara Pemkot Depok, Peprov DKI Jakarta, PT KAI, dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam mengurangi kendaraan masuk ke Jakarta membuat pelanggan kereta api kesulitan memarkir kendaraan.
“Tidak masalah ditutup, tetapi coba diberikan lahan parkir. Penertiban kaki lima sudah, tetap saja tidak bisa membuat tempat parkir. Pemkot Depok juga janji mau buat parkir bersama tetapi tidak terealisasi. Saat ini saya dan penumpang yang lain harus masuk lewat pintu depan,” terang bapak tiga anak ini.
Sama dengan Rahmat, pengguna parkir Detos Widia Wati (25) mengaku kelelahan, jika menggunakan mobil pribadi untuk berangkat kerja ke kantor di wilayah Kuningan Jakarta Pusat. Terlebih, jika parkir di Detos yang pintunya ditutup harus berjalan sambil membawa barang ke tempat parkir.
“Belum terpikir untuk parkir di Detos, karena pintunya ditutup. Biarlah lelah di jalan dari pada harus muter jauh saat pulang kerja. Seharusnya jangan ditutup, karena parkir kendaraan bisa dilakukan dan ini juga bisa membantu pemerintah mengurangi kemacetan,” ucapnya dengan kecewa.
Tak hanya penumpang krl dan pengguna jasa parkir Detos saja yang mengeluh. Pengelola parkir park and ride di Detos pun mulai berpikir dua kali untuk menyediakan fasilitas kepada pengguna jasa kereta api ini. Manager Marketing Komunikasi Detos, Ferri Nurdin mengaku, pihaknya sering mendapatkan keluhan dari pengguna park and ride mengenai jauhnya akses ke stasiun. Karena itu, para pengguna parkir berkurang setiap hari. padahal, dengan adanya pintu itu pihaknya sudah dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi ke Jakarta.
“Sehari bisa berkurang 45-50 mobil. Mereka kembali lagi naik mobil karena tidak tahan harus jalan jauh. Mau bagaimana lagi, kami harus taat pada aturan pemerintah daerah. Jika berani melawan pasti akan diberi sanksi tegas nanti,” bebernya.
Dirinya juga menilai, tindakan Pemkot Depok dan Dishub menutup akses utama itu membuat pendapatan pihaknya berkurang. Terlebih, masyarakat diwilayah itu merupakan pengunjung mal Detos yang kerap kali berkunjung dan berbelanja di pusat perbelanjaan terbesar di kota beraikon belimbing. Bahkan, sebagaian besar pengguna KRL merupakan pelanggan parkir Detos.
“Mana ada pemberitahuan sama sekali kepada kami. Yang sekarang kami benahi adalah tata kelola parkir saja. Bisa dibilang kami sangat kecewa, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi,” imbuhnya.
Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Depok, Anton Tofani Muchram menyatakan, penutupan jalan itu dilakukan pihaknya sejak uji coba e-tiketing dilakukan. Itu atas dasar permintaan PT KAI kepada Walikota Depok setelah melakukan survei atas penutupan pintu belakang Stasiun Pocin tersebut. Mereka juga telah menyusuri gang dari belakang Detos menuju stasiun tersebut.
“Jarak tempuhnya sekitar 350 meter dan memang agak jauh. Namun, semua ini kami lakukan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Kalau komplain dan tidak suka itu sangat wajar,” tuturnya. (cok)
“Jauh sekali sekarang jalannya ke stasiun. Ini gara-gara akan diberlakukannya e-tiketing dan pelarangan pemkot membuka jalan pintas. Terus bagaimana saya dan penumpang KRL mau parkir motor, kalau parkiriannya saja tidak ada,” ungkap salah seorang pengguna parkir Detos dan Pelanggan KRL, Rahmat (30) kepada INDOPOS (JPNN Grup).
Warga Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, ini juga mengatakan, alasan penutupan pintu masuk ke stasiun itu tidak lain untuk menerapkan parkir park and ride ini sangat merugikan pelanggan KRL. Sebab, program kerjasama antara Pemkot Depok, Peprov DKI Jakarta, PT KAI, dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam mengurangi kendaraan masuk ke Jakarta membuat pelanggan kereta api kesulitan memarkir kendaraan.
“Tidak masalah ditutup, tetapi coba diberikan lahan parkir. Penertiban kaki lima sudah, tetap saja tidak bisa membuat tempat parkir. Pemkot Depok juga janji mau buat parkir bersama tetapi tidak terealisasi. Saat ini saya dan penumpang yang lain harus masuk lewat pintu depan,” terang bapak tiga anak ini.
Sama dengan Rahmat, pengguna parkir Detos Widia Wati (25) mengaku kelelahan, jika menggunakan mobil pribadi untuk berangkat kerja ke kantor di wilayah Kuningan Jakarta Pusat. Terlebih, jika parkir di Detos yang pintunya ditutup harus berjalan sambil membawa barang ke tempat parkir.
“Belum terpikir untuk parkir di Detos, karena pintunya ditutup. Biarlah lelah di jalan dari pada harus muter jauh saat pulang kerja. Seharusnya jangan ditutup, karena parkir kendaraan bisa dilakukan dan ini juga bisa membantu pemerintah mengurangi kemacetan,” ucapnya dengan kecewa.
Tak hanya penumpang krl dan pengguna jasa parkir Detos saja yang mengeluh. Pengelola parkir park and ride di Detos pun mulai berpikir dua kali untuk menyediakan fasilitas kepada pengguna jasa kereta api ini. Manager Marketing Komunikasi Detos, Ferri Nurdin mengaku, pihaknya sering mendapatkan keluhan dari pengguna park and ride mengenai jauhnya akses ke stasiun. Karena itu, para pengguna parkir berkurang setiap hari. padahal, dengan adanya pintu itu pihaknya sudah dapat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi ke Jakarta.
“Sehari bisa berkurang 45-50 mobil. Mereka kembali lagi naik mobil karena tidak tahan harus jalan jauh. Mau bagaimana lagi, kami harus taat pada aturan pemerintah daerah. Jika berani melawan pasti akan diberi sanksi tegas nanti,” bebernya.
Dirinya juga menilai, tindakan Pemkot Depok dan Dishub menutup akses utama itu membuat pendapatan pihaknya berkurang. Terlebih, masyarakat diwilayah itu merupakan pengunjung mal Detos yang kerap kali berkunjung dan berbelanja di pusat perbelanjaan terbesar di kota beraikon belimbing. Bahkan, sebagaian besar pengguna KRL merupakan pelanggan parkir Detos.
“Mana ada pemberitahuan sama sekali kepada kami. Yang sekarang kami benahi adalah tata kelola parkir saja. Bisa dibilang kami sangat kecewa, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi,” imbuhnya.
Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kota Depok, Anton Tofani Muchram menyatakan, penutupan jalan itu dilakukan pihaknya sejak uji coba e-tiketing dilakukan. Itu atas dasar permintaan PT KAI kepada Walikota Depok setelah melakukan survei atas penutupan pintu belakang Stasiun Pocin tersebut. Mereka juga telah menyusuri gang dari belakang Detos menuju stasiun tersebut.
“Jarak tempuhnya sekitar 350 meter dan memang agak jauh. Namun, semua ini kami lakukan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Kalau komplain dan tidak suka itu sangat wajar,” tuturnya. (cok)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Penumpang KRL Mengeluh
Redaktur : Tim Redaksi