Pengguna Media Sosial Harus Mampu Menjaga Moralitas Publik

Sabtu, 27 Februari 2021 – 12:50 WIB
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo saat berbicara dalam Webinar bertajuk "Gotong Royong Pembumian Pancasila Melalui Media” yang digelar Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan, BPIP pada Sabtu (27/2/2021). Foto: Tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Deputi Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Webinar bertajuk "Gotong Royong Pembumian Pancasila Melalui Media” pada Sabtu (27/2/2021).

Acara yang dihadiri lebih dari 130 orang ini dibuka oleh Sekretaris Utama BPIP Karjono yang mewakili Kepada BPIP.

BACA JUGA: BPIP Apresiasi Cara Ganjar Mengenalkan Pancasila pada Masyakarat

Karjono menjelaskan di era digital ini informasi tidak ada batasan ruang dan waktu.

Menanggapi berita hoaks, Karjono menekankan kepada pengguna media sosial agar menggunakan hati dan bijak.

BACA JUGA: Simak, Saran Romo Benny Untuk Atasi Banjir di Jakarta

“Tidak menutup kemungkinan ada berita hoaks. Oleh karena itu, mari menggunakan hati dalam penggunaan media sosial yaitu santun, sopan dan bijak,” ujarnya.

Selain itu, dia mengajak untuk mendukung dan menghargai UU ITE dan Pers. Dirinya menjelaskan pers dan semua pihak harus membuat media sosial yang nyaman.

BACA JUGA: Senator Filep Desak Presiden Jokowi Segera Cabut Izin Investasi Miras di Papua

“Kami mendukung dan menghargai UU ITE dan Pers karena kemerdekaan dan kebebasan pers dijamin di negara ini. Tetapi bebas bukan berarti bebas sepenuhnya karena masih harus berdasarkan norma, tidak membalikkan fakta, dan lainnya. Untuk itu mari membuat media nyaman,” tambahnya.

Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa Kementerian Komunikasi dan Informatika, Henri Subiakto yang turut menjadi pembicara dalam kegiatan ini menjelaskan bahwa di era digital ini penting memahami Pancasila harus dijaga bersama.

“Di era sekarang harus memahami bahwa Pancasila dan negara adalah anugerah yang harus dijaga. Kebinnekaan yang sangat luar biasa bisa bersatu karena dulu founding father berjanji dan disatukan oleh semangat yang sama membangun bangsa dengan ideologi Pancasila,” kata Henri.

Henri menegaskan Indonesia merupakan wilayah yang jadi rebutan dan banyak yang mau menancapkan ideologi barudi Indonesia. Oleh karena itu, kita harus hati-hati menjaga bangsa ini.

Selain itu, Henri menambahkan bahwa kebenaran semua banyak terjadi di media sosial saat ini.

“Kebenaran semu banyak tercipta yang seakan benar karena pendukungnya banyak padahal belum tentu secara hakikat seperti itu,” katanya.

Pers sekarang tidak bisa dipisahkan dengan digital. Mau tidak mau pers harus berada di ruang digital.

"Pers memiliki tanggung jawab menjaga nilai kebijakan, memperkuat nilai kebangsaan, dan konten yang positif bukan keranjang sampah," pungkas Henri.

Staf khusus Presiden, Ayu Kartika Dewi menegaskan terkait fungsi media yang bukan sekadar hiburan.

“Fungsi media itu buka sebagai hiburan saja, media adalah sekolah sepanjang masa," tegas Ayu.

Ayu menambahkan peran penting media masa adalah menjadikan mata publik, menjelaskan berbagai fenomena, pendidikan mengajarkan norma, dan hiburan.

“Peran penting media masa adalah menjadi mata publik, menjelaskan berbagai fenomena, pendidikan mengajarkan norma, dan hiburan," Jelas Ayu.

Terkaiat implementasi Ayu menjelaskan implementasi Pancasila yang baik adalah internalisasi terhadap diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara itu, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo mengatakan di media saat ini banyak orang yang bertopeng yang ingin menunjukkan eksistensinya.

“Di media sekarang orang itu anonim sehingga orang bisa menggunakan topeng karena tidak berhadapan langsung dengan orangnya. Dalam topeng ini memerankan banyak peran karena ingin menujukkan eksistensinya,” ujar Benny.

Terkait dengan unsur SARA (suku, agama, ras dan antargolong), Benny menambahkan saat ini menjadi magnet yang kuat di media sosial yang tentunya membahayakan keutuhan bangsa.

"Permasalahan SARA sangat kuat untuk menjadi magnet perbincangan di media massa dan banyak segmennya. Ini tentunya membahayakan keutuhan bangsa,” ucap Benny.

Terkait dengan berita palsu atau hoaks, Benny menjelaskan akan menimbulkan kepanikan dan menghancurkan kultur kemanusiaan sehingga harus dilawan dengan konten positif.

“Hoaks menciptakan kepanikan, menghancurkan kultur kemanusiaan, dan menghilangkan harapan. Kita harus membuat ruang publik dengan konten positif. Jika ini terus-menerus diisi maka perilaku positif akan terwujud," katanya.

Benny juga berharap pengguna media sosial harus mampu memajukan peradaban dan menjaga moralitas publik.

“Pengguna media sosial ke depan harus mampu berperan dalam memajukan peradaban dan menjaga moralitas publik, bukan penghancur keadaban,” tegas Benny Susetyo.(fri/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler