Penggunaan Air Meningkat 3 Kali Lipat di Masa Pandemi, Ini Penyebabnya

Selasa, 14 Desember 2021 – 23:32 WIB
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemarin Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mohammad Zainal Fatah. Foto: Humas Kementerian PUPR

jpnn.com, JAKARTA - Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mohammad Zainal Fatah seluruh dunia masih berjuang untuk mengurangi Pandemi Covid-19 dan konsekuensi ekonomi-sosialnya.

Pandemi Covid-19 telah mewajibkan semua orang untuk mengikuti protokol kesehatan, salah satunya praktek cuci tangan.

BACA JUGA: 5 Khasiat Rutin Minum Air Bawang Merah Campur Cuka, Suami Makin Ketagihan Mencobanya

"Praktik terkait kesehatan ini kemungkinan akan menjadi kebiasaan baru masyarakat di masa mendatang," tuturnya dalam Forum Pre Asia International Water Week (AIWW) Ke-2 di Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (13/12).

Menurut Zainal penyediaan air bersih sebagai pendukung praktek baru ini akan menjadi tantangan baru bagi sektor infrastruktur publik.

BACA JUGA: Maria Vania Pamer Pose Sedang Mandi, Air Jadi Sorotan

Studi terbaru Indonesia Water Institute menunjukkan bahwa konsumsi air bersih selama pandemi Covid-19 meningkat 3 kali lipat dibanding kondisi normal.

Total konsumsi air rumah tangga mencapai 900 hingga 1.400 liter per hari dan pengeluaran untuk air juga meningkat hingga 5 kali lebih tinggi dari kondisi normal.

BACA JUGA: Luapan Air Sungai Kapuas Merendam Rumah warga di Pontianak

"Upaya untuk memberikan kebersihan air menjadi tantangan karena sumber daya air berkurang," ungkap Zainal.

Menurutnya, hal itu dampak dari pertumbuhan penduduk, gaya hidup, persaingan penggunaan air, konversi lahan, pencemaran lingkungan, dan dampak perubahan iklim.

Selain Pandemi Covid-19, bencana hidrometeorologi juga terkena dampak Fenomena La-Nina yang diperkirakan akan terus terjadi pada akhir 2021 hingga awal 2022.

Kementerian PUPR telah melakukan langkah-langkah untuk menghadapi Fenomena La-Nina.

Salah satunya dengan mengurangi kapasitas tampung seluruh bendungan yang telah beroperasi serta memantau infrastruktur SDA guna mengetahui volume banjir yang dapat ditampung.

Menurut Zainal kesiapan menghadapi La-Nina dan bencana hidrometeorologi membutuhkan kerja sama antar kementerian/lembaga terkait.

"Misalnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menjamin keandalan peralatan pengamatan, analisis/proses prakiraan dan prediksi serta sosialisasi peringatan dini secara cepat, tepat dan akurat," tutur Zainal. (mcr18/jpnn)

 

Yuk, Simak Juga Video ini!

Redaktur : Adil
Reporter : Mercurius Thomos Mone

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler