Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Wahyuningsih, mengatakan angka tersebut berdasarkan data dari tahun 2000 hingga pertengahan September 2012.
"Pada bulan Juni 2012 hanya 19 penderita, lalu naik 26 orang per September ini. Angka tersebut merupakan data akumulatif. Sementara yang meninggal dunia, tercatat 13 orang," ujar Wahyuningsih, mendampingi Kepala Dinas Kesehatan drg.Erla Andrianti, Mars, kemarin (11/9).
Merebaknya penyakit mematikan ini, sambung Wahyuningsih, rata-rata diderita kaum hawa, lewat hubungan seks maupun lewat jarum suntik. "Penularannya hanya lewat dua faktor, pertama lewat darah, dan sperma atau hubungan intim," ungkapnya.
Diskes, lanjut dia, tentu melakukan beberapa langkah strategis guna meminimalisir merebaknya penyakit menular ini. Salah satunya, dengan mendirikan klinik VCT (Volountery Consuling Testing) yang ditempatkan di RS Ahmad Yani. "Insya Allah, September ini klinik difungsikan. Untuk kepastian tanggalnya nanti kita informasikan lebh lanjut," kata dia.
Tujuan klinik VCT sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran penyakit HIV/AIDS dan penanganan pengobatannya. Klinik ini sebagai salah satu program dalam rangka peningkatan pelayanan di bidang kesehatan kepada masyarakat Metro. "Klinik ini lebih fokus pada pelayanan, ada enam petugas yang berada di klinik VCT. Itu pun sifatnya sukarela tanpa digaji," ungkapnya.
Bagi penderita HIV/AIDS dapat mendatangi langsung klinik tersebut atau berkonsultasi lewat layanan telepon jika khawatir identitasnya diketahui. "Memberikan penjelasan bahwa apabila berbicara tentang HIV/AIDS harus hati-hati karena merupakan hal yang sensitif dan masyarakat masih awam tentang hal ini," kata dia.
Stigma masyarakat terhadap penyakit ini masih sangat kuat dan masih adanya perlakuan diskriminatif kepada penderita. Ini karena kurangnya informasi di masyarakat. "Padahal penderita penyakit ini memerlukan dukungan psikologis dari masyarakat disekitarnya," ujarnya.
Dalam waktu dekat Komite Penanggulangan AIDS (KPA), akan melakukan sosialisasi tentang bahaya penyakit ini, di SMAN 2 Metro, Sabtu (15/9), selanjutnya di Kampus Universitas Muhammadiyah. "Selanjutnya dilakukan sosialisasi secara berkesinambungan di lima kecamatan yang ada d Metro," pungkasnya.
Seorang petugas medis yang intens menangani penderita HIV/AIDS di sebuah kota di kawasan timur Indonesia menyebutkan, selain yang sudah terdata, disinyalir masih cukup banyak penderita yang tidak terdata. Biasanya, pihak keluarga diam-diam saja, hingga si penderita meninggal. Hanya saja, dari ciri-ciri penyakitnya, gampang terdeteksi bahwa mereka meninggal karena penyakit mematikan itu.
Untuk penderita HIV, masih menurut sumber JPNN itu, bahkan ada yang merantau ke kota-kota besar untuk bekerja atau pun kuliah. Tapi mereka terus mengkonsumsi obat. (ful/adi/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 671 Juta Orang Asia Timur Pengguna Sanitasi Tak Layak
Redaktur : Tim Redaksi