Pertemuan untuk mengenal lebih dalam cara beribadah aliran ini, gagal terlaksana. Ini karena ratusan massa mengepung lokasi diskusi keburu emosi melihat 21 pengikut Laduni tersebut. Aksi lempar batu tak terelakan.
Pantauan Koran ini di lokasi, suara umpatan dan makian disampaikan massa kepada pengikut Laduni tak berhenti sedetikpun. Padahal, sebanyak 21 pengikut Laduni, MPU, dan pimpinan Pasantren baru saja duduk di kursi disediakan.
Emosi massa tersulut tinggi, tanpa terkontrol. Mereka marah karena mendengar beberapa kebiasaan beribadah aliran ini sangat bertentangan dengan ibadah agama Islam pada umumnya. Petugas keamanan dari pihak Polisi dan TNI diturunkan kelokasi tak mampu meredam kemarahan warga. Diskusi pun tak dapat berlangsung.
Ketua MPU Aceh Barat, Abu Abdul Rani, melempar handuk putih kepada pihak kepolisian.
“Kami tidak berani menjamin kegiatan ini dapat berlangsung. Sebaiknya, para pengikut ini harus dievakuasi ke Meulaboh terlebih dahulu, agar tidak terjatuhnya korban jiwa. Massa telah tersulut emosi,” katanya kepada aparat keamanan saat itu.
Puluhan personil Polisi berpakaian lengkap mulai membuat pagar betis di depan pintu Kantor Darmawanita. Mobil Reo dirapatkan pas pada pintu kantor tersebut. Massa yang sadar kalau 21 pengikut Laduni akan dievakuasi keluar kantor pun mulai menumpuk pada bagian depan kantor.
Belum lagi habis, pengikut Laduni diangkut petugas, lemparan batu dari massa dilakukan secara bertubi-tubi ke arah truk. Kosentrasi massa kala itu, merapat diri ke Mobil Reo untuk memukul pengikut aliran itu.
Polisi terpaksa mengeluarkan belasan kali tembakan ke udara, guna memecahkan kerumunan massa. Namun massa yang tersulut emosinya seakan tak merespon gertakan suara senjata polisi itu, hingga petugas melepaskan tembakan gas air mata. Kerumunan massa akhirnya buyar. Mobil Reo melihat ruang untuk jalan, langsung melanjutkan kendaraannya.
Namun, dari 21 pengikut Laduni yang ada, hanya 19 orang yang berhasil diangkut petugas. Semenetara dua orang pengikut Laduni masih tersisa di dalam kantor. Polisi pun langsung melarikan untuk mengamankan keduanya kedalam kamar. Selang puluhan menit, kembali mobil Reo tiba kelokasi untuk mengevakuasi dua orang yang tersisa. Namun emosi warga tetap sama seperti saat dilakukan evakuasi pertama.
Kapolres Aceh Barat, AKBP Artanto SIK, mengaku emosi warga tidak dapat terkontrol. Sebanyak 50 puluhan personil untuk mengamankan lokasi diskusi, namun tetap belum cukup untuk mengamankan lokasi kantor Darmawanita Kecamatan Kaway XVI, itu. “Jadi setelah MPU Kecamatan dan MPU kabupaten mengatakan tidak yakin mampu melaksanakan diskusi itu. Saya langsung perintahkan anggota saya untuk mengevakuasi pengikut Laduni ke Kantor. Jika tidak, maka akan jatuh korban jiwa,” jelasnya.
Sementara pihak MPU dan seluruh ulama di Aceh Barat melakukan rembuk, untuk menyikapi masalah ini. Akibat kerusuhan tersebut, tercatat sebanyak enam unit kendaraan rusak, terdiri dari lima unit sepeda motor rusak (satu rusak parah) dan satu unit kendaraan roda empat (Kaca mobil pecah). Sedangkan beberapa warga yang terkena gas air mata, terlihat dioleskan Pepsodent pada bagian wajah mereka. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 53 Imigran Terdampar Di Mentawai
Redaktur : Tim Redaksi