jpnn.com - BERHARAP harta berlipat ganda tapi malah utang yang menggunung. Itulah yang dialami sejumlah pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Bahkan, tak sedikit yang stres, cerai, karena menanggung rutang ratusan juta hingga miliaran rupiah.
BACA JUGA: Beroperasi 24 Jam, Toko Modern di Pantura Batang Langar Perda
Seorang pengikut Kanjeng membeberkan kisahnya. Wanita berjilbab itu menjadi santri sejak September 2014 lalu. Ia bergabung pada kelompok yang dipimpim Marwah Daud Ibrahim.
Awalnya, ia diminta menyetor mahar sebesar Rp15 miliar. Janjinya, dalam jangka waktu dua bulan, uang yang disetor akan berlipat ganda hingga beberapa kali lipat.
BACA JUGA: Kasihan, Warsiyem Sudah Lima Tahun Dikurung di Gubuk
Jelang waktu yang ditentukan, ia kembali diminta menyetor mahar-mahar lain. “Misalnya mahar perjuangan,” sebutnya, Sabtu, 24 September.
Cukup? Belum. Setiap santri juga diminta investasi berlian, permata, jam tangan Rolex, dan beberapa barang mewah lainnya.
BACA JUGA: TNI Belum Bisa Pastikan Motif Penyerangan Truk di Puncak Jaya
Ketika itu, santri tidak punya daya untuk menolak. Sebaliknya, gairah untuk terus menyetor ke Kanjeng makin besar.
“Saya sampai menjual beberapa rumah. Utang saya sekarang mencapai Rp1 miliar,” lanjut wanita itu.
Berlian, permata, jam tangan Rolex, ternyata semua palsu. Itu ia ketahui setelah menunjukkan ke beberapa temannya. Ia mengaku bahkan diketawai karena memiliki barang-barang palsu atau kw.
“Kata teman jam tangan seperti yang saya punya hanya Rp50 ribu di Pasang Butung. Begitu pun berlian dan permata. Semuanya palsu,” ucapnya dengan nada kesal kepada FAJAR (Jawa Pos Group).
Wanita ini juga rutin mengikuti pengajian di rumah kayu Jalan Batua milik Marwah Daud.
Setiap malam Jumat, para santri wajib ikut pengajian hingga dini hari. Katanya, ia diminta baca Alfatihah ratusan kali. Demikian juga surah Yasin.
“Kalau mulai mengantuk, kita disampaikan bahwa ada pengikut gaib Kanjeng yang mengawasi. Jadi semangat lagi,” bebernya.
Ia pun sudah sering ke Probolinggo, padepokan pusat Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Di sana, kisahnya, setiap santri diberikan pengisian ilmu. Katanya ilmu kebal dan beberapa ilmu yang mereka sebut sebagai ilmu wali.
Termasuk mereka diminta datang ketika ulang tahun Kanjeng dan ulang tahun guru Kanjeng, Abah Ilyas.
“Katanya kita diberi ilmu wali. Mana ada? Sekarang saya sampai ditagih utang di pinggir jalan. Semua itu bohong belaka,” katanya penuh kekecewaan.
Meski tak ingin membebarkan nama-nama, kata wanita itu, di Sulsel khususnya di Makassar ini, sangat banyak orang penting yang bergabung. Mulai dari pengusaha, pejabat, dosen, hingga orang profesor.
“Kalau di luar Makassar, selain di Soppeng, banyak juga di Bulukumba, Sinjai, Gowa. Hampir seluruh daerah,” pungkasnya. (iad/ilo/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengerikan! Pesta Berdarah, Tiga Orang Tewas, Dua Kritis
Redaktur : Tim Redaksi