jpnn.com - Ciptaan dua pelajar SMA 3 Kota Tangsel ini patut diacungi jempol. Berawal dari kerap kehabisan baterai hand phone dan sulit mencari colokan listrik, keduanya membuat alat cas yang mampu menampung arus listrik berkekuatan 7000 MHH, tanpa bantuan listrik. Seperti apa?
Dua pelajar ini bernama Dicky dan Syarifudin. Keduanya memutar otak untuk menciptakan sebuah alat pengisian baterai hanphone yang tidak perlu menggunakan tenaga listrik yang dipasok PLN. Ini berawal dari kekesalan mereka yang kerap kehabisan baterai hanphone, saat berada di lokasi umum atau jauh dari stopkontak listrik. Terkadang, power bank yang dibwa bawa pun kerap habis disaat yang dibutuhkan. Atas ini, akhirnya mereka membuat inovasi berupa power bank yang listriknya berasal dari tenaga matahari.
BACA JUGA: Debu Memainkan Peran Penting Cuaca Planet Mars
“Cara kerjanya simpel. Kami buat alat untuk mengumpulkan listri dari tenaga matahari. Kami menggunakan solar sail dan komponen lainnya untuk mengubah panas matahari menjadi listrik. Jadi tidak perlu lagi menggunakan colokan listrik yang dialirkan oleh PLN,” ujar Dicky diamini Syarifudin.
Alat yang disebut Hybrid charge atau alat pengisi baterai dari tenaga matahari ini ini memanfaatkan pizo elektrik dengan bantuan tenaga matahari. Hybrid charge sendiri dijelaskan Dicky merupakan charger atau alat pengecas hanphone atau gadget tanpa menggunakan stopkontak listrik. Alat ciptaan mereka ini dipasangkan di sepatu. Dimana solar sail atau penangkap sinar matahari ditempatkan di bagian atas moncong sepatu dan baterai penampung listrik hasil olahan sinar matahari ditempatkan dibagian belakang sepatu. Dengan solar sail atau alat untuk menangkap tenaga matahari itu, listrik yang mampu ditampung oleh baterai yang dipasangkan berkekuatan 7000 MHH. Dengan kekuatan 7000 MHH terang Dicky, kekuatan listrik dari tenaga matahari itu dapat digunakan untuk mengisi baterai hanphone atau gadget lainnya, sebanyak tiga kali.
BACA JUGA: 11 Pelajar Indonesia Ikut Kompetisi Intel ISEF di Los Angeles
“Jadi alat ini menyimpan listrik dari tenaga matahari, Selanjutnya, tinggal dicolok ke gadget atau handphone. Cara kerjanya mirip powerbank. Hanya saja powerbank umumnya diisi menggunakan listrik PLN. Sedangkan ciptaan kami ini menggunakan tenaga matahari yang diubah jadi listrik berkekuatan 7000 MHH. Hanya saja memang desainnya belum sempurna,” jelas Dicky.
Untuk mengerjakan alat ini, Dicky mengatakan dirinya dan Syarifudin membutuhkan waktu hampir satu bulan. Dengan bimibingan guru disekolah, alhasil alat ini bisa bekerja. Soal berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat alat ini, Dicky mengatakan dikisaran Rp170 ribu. Namun karena ini masih prototype dan bentuknya masih kasar, Dicky belum berfikiran untuk menjualnya.
BACA JUGA: Twitter Luncurkan Fitur Baru untuk Gaet Banyak Pengiklan
“Belum bsia dijual karena memang bentuknya belum simpel,” katanya.
Dicky sendiri mengatakan alat ini nantinya diharapkan dapat lebih simpel bentuknya dan dapat ditanamkan di dalam tapak sepatu. Sedangkan solar sail kedepannya akan diinovasikan lebih trendy namun tetap mampu menangkap sinar matahari.
“Jadi kalau mau mencolok tinggal pasangkan kabel ke tapak sepatu atau seperti apa nanti. Saat ini prototipenya baru sebatas cara kerja alat ini,” ujarnya.
Alasan Dicky memilih sepatu sebagai media memasangkan hybrid charge karena masyarakat umumnya bepergian menggunakan sepatu kemanapun. Dengan begitu, hybrid charge akan selalu menemani pemiliknya kemanapun. Bahkan menurutnya, bisa saja hybrid charge ini dipasangkan di sandal. Mengingat sandal juga kerap digunakan warga untuk bepergian.
“Dipasang di sepatu agar lebih simpel dan selalu ada saat pemiliknya membutuhkan listrik untuk mengisi baterai gadget. Terutama saat diluar yang jauh dari aliran listrik,” katanya.(fin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Risma Pesan Mobil Listrik Buatan ITS untuk Dinas
Redaktur : Tim Redaksi