jpnn.com - JAKARTA - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syarif Hidayat menilai positif gagasan pembentukan koalisi permanen untuk membangun check and balances yang lebih baik di panggung demokrasi Indonesia.
Namun dia pesimis gagasan tersebut bisa diterapkan saat ini karena koalisi dan oposisi yang dibangun tidak didasarkan ideologi.
BACA JUGA: Hapus Pasal Tembakau, YLBHI Tolak Ribka jadi Menkes
"Secara formal, kita sudah mengenal ada partai oposisi yang dimulai oleh PDIP untuk memperkuat check and balance. Tapi saya pesimis koalisi maupun oposisi bisa berjalan permanen, karena mereka bersatu tidak berdasarkan ideologi. Sementara untuk membangun koalisi atau oposisi permanen dibutuhkan persamaan ideologi," kata Syarif Hidayat, saat dihubungi wartawan, Jumat (8/8).
Sementara dalam pilpres 2014, lanjutnya, kedua kubu terdiri dari banyak partai yang berbeda ideologi. "Tanpa ideologi yang sama, masing-masing kubu rawan perpecahan dan tidak kompak," ujarnya.
BACA JUGA: Putra Kawasan Perbatasan Prioritas Jadi Tentara
Untuk membangun koalisi atau oposisi permanen menurut Syarif, partai politik yang bergabung membutuhkan kader parpol dan wakil rakyat yang baik.
"Kalau yang jadi anggota dewan para pialang politik, status oposisi atau partai pemerintah hanya akan jadi formalitas. Anggota dewan yang seperti itu akan menjadi kutu loncat dan tidak solid baik dalam menjalankan peran sebagai partai pendukung pemerintah ataupun oposisi. Oportunisme, masih sangat kuat, semua masih ditentukan oleh wani piro," jelasnya.
BACA JUGA: Membahayakan, PBNU Serukan Masyarakat Tolak ISIS
Menjawab pertanyaan, kapan kemungkinan koalisi atau oposisi permanen bisa diselenggarakan di Indonesia, Syarif memperkirakan paling cepat baru bisa terealisasi dalam dua periode pemilu mendatang.
"Kita masih membutuhkan dua periode pemilu lagi untuk menyesuaikan gagasan dan kenyataan yang sekarang ini. Kondisi politik belum akan berubah dalam periode ini," pungkasnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saksi Diolok-olok Hakim MK, Tim Prabowo-Hatta Kecewa
Redaktur : Tim Redaksi