Pengorbanan Warga Desa demi 12 Remaja Dalam Gua

Kamis, 12 Juli 2018 – 05:58 WIB
Operasi penyelamatan anggota tim sepak bola junior Moo Pa yang terjebak di dalam Gua Tham Luang, Thailand. Foto: AFP

jpnn.com, MAE SAI - Misi berhasil. Evakuasi 12 remaja dan seorang pemuda yang terjebak dalam perut Gua Tham Luang Nang Non usai. Kemarin (10/7) lima korban terakhir meninggalkan Chamber 3, area di dalam gua yang menjadi ”rumah” mereka selama 17 hari belakangan. Narongsak Osatanakorn layak diacungi jempol.

Namun, misi menegangkan itu tidak akan berhasil tanpa dukungan warga di sekitar gua. Tepatnya, para petani Mae Sai. Sebab, sejak anak-anak itu dinyatakan hilang pada 23 Juni lalu, mereka terkena dampak serius. Kebanjiran. Bukan karena curah hujan yang tinggi, melainkan air buangan dari dalam gua.

BACA JUGA: Piala Dunia untuk Celeng

Volume air yang dipompa keluar dari gua tersebut mencapai 180.000 liter per jam. Maka, wajar jika sawah di sekitar gua sepanjang 10 kilometer itu terendam.

”Saya baru saja menanaminya bibit. Esoknya, sawah saya sudah terendam air setinggi setengah meter,” kata Mae Bua Chaicheun sebagaimana dilansir ABC News.

BACA JUGA: Lega, Seluruh Pesepak Bola Cilik Akhirnya Keluar dari Gua

Kendati demikian, perempuan yang tinggal di Desa Ban Nong O itu tidak marah. Sebaliknya, dia malah trenyuh. Dia ikhlas sawahnya terendam dan bibit yang baru saja disemainya rusak asalkan 13 korban yang terjebak di dalam gua selamat.

”Nyawa mereka lebih berharga dari padi. Padi bisa ditanam kembali. Tapi, mereka tidak bisa,” kata Mae. Karena tak lagi mengurusi sawah, dia pun lantas bergabung dalam misi penyelamatan sebagai relawan.

BACA JUGA: Syukurlah, Tinggal Empat Anak Lagi di Dalam Gua

Seperti Mae, hati masyarakat Thailand seakan menyatu dengan para korban. Setiap hari, mereka juga berdebar menantikan kabar terbaru dari gua.

Apalagi, sejak Minggu (8/7), area di sekitar gua disterilkan. Polisi hanya mengizinkan anggota tim inti evakuasi menginjakkan kaki di sekitar mulut gua. Yang lain pun terpaksa menunggu di posko keamanan yang disediakan.

Petani seperti Mae yang merelakan sawahnya terendam dan tidak minta kompensasi dari pemerintah layak diapresiasi. Kendati tidak terlibat langsung dalam misi penyelamatan atau evakuasi, peran mereka tidak sedikit. Dukungan moral yang mereka berikan dan doa yang mereka panjatkan menjadi bagian dari proses yang akhirnya berbuah keberhasilan.

Sejak Narongsak mengumumkan bahwa 12 remaja dan pelatih sepak bola mereka terjebak di gua tersebut, warga sipil berdatangan dari berbagai penjuru Negeri Gajah Putih.

Mereka membantu sesuai kemampuan yang mereka miliki. Portal abc.net.au menuliskan, mereka memenuhi tenda-tenda relawan yang berderet di area sekitar gua.

Tenda-tenda itu menawarkan jasa atau barang secara cuma-cuma untuk siapa pun yang berada di sana. Terutama, para relawan dan keluarga 13 korban. Mulai makanan, minuman, hingga layanan potong rambut.

Ada juga layanan pijat gratis ala Thailand serta obat-obatan dan tempat tidur bagi mereka yang lelah. Bahkan, menara telekomunikasi pun mendadak dibangun di sana untuk mengakomodasi awak media.

Kemarin sekelompok perempuan membagikan apel gratis kepada para relawan. Beberapa hari sebelumnya, seorang penjual es sengaja datang ke gua yang ada di perbatasan Thailand-Myanmar itu untuk membagi-bagikan dagangannya secara gratis kepada para relawan. Kisah menyentuh yang tersebar luas melalui Twitter itu menggugah simpati dunia.

Tak mau kalah dengan warga sipil, Raja Maha Vajiralongkorn pun menggerakkan dapur umum. Setiap hari, ada makanan gratis yang ditawarkan 24 jam. Di dapur itu ada khao pad krapow, makanan favorit para korban. ”Dapur umum itu dibiayai Kerajaan Thailand,” kata sumber Bangkok Post.

Rattanaporn Tupbumrung adalah salah seorang koki yang bekerja di dapur umum tersebut. Setiap hari, dia memasak salad mentimun khas Thailand dan pai kelapa. ’’Raja meminta kami untuk mengurus orang-orang yang ada di sini. Kami senang sekali tahu bahwa raja mendukung operasi penyelamatan ini,’’ ujarnya.

Sementara itu, Jetsadaporn Pangpikphum bertugas memasak kare ala Thailand. Setiap hari dia membuat kare 20 wajan. Satu wajan cukup untuk membuat 20 orang kenyang. Namun, pemilik peternakan babi yang jaraknya 30 meter dari kejadian itu tak pernah lelah untuk bekerja dari pukul 06.00 sampai tengah malam.

’’Saya lihat banyak warga Thailand yang membantu di sini. Saya juga ingin ikut. Selama ada orang yang butuh makan, saya akan tetap memasak,’’ ujarnya. (bil/c17/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Elon Musk Ingin Kirim Kapal Selam Mutakhir ke Gua Thailand


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler