Syukurlah, Tinggal Empat Anak Lagi di Dalam Gua

Selasa, 10 Juli 2018 – 10:02 WIB
Operasi penyelamatan anggota tim sepak bola junior Moo Pa yang terjebak di dalam Gua Tham Luang, Thailand. Foto: AFP

jpnn.com, MAE SAI - Mendung yang menggelayuti Mae Sai sempat membuat masyarakat Thailand cemas. Terutama keluarga besar 12 remaja yang tergabung dalam tim sepak bola Moo Pa (Babi Hutan Liar) berikut asisten pelatih mereka, Ekapong Chantalong.

Kemarin, Senin (9/7) evakuasi tahap kedua seharusnya dilakukan sejak pagi. Tapi, karena cuaca yang kurang mendukung, evakuasi baru dimulai sekitar pukul 11.00 waktu setempat (sama dengan WIB). Satu jam lebih lambat dari start awal evakuasi hari pertama Minggu (8/7).

BACA JUGA: Elon Musk Ingin Kirim Kapal Selam Mutakhir ke Gua Thailand

Namun, di tengah kekhawatiran seluruh warga Thailand, evakuasi tahap kedua berjalan lancar kemarin. Mereka berhasil menyelamatkan empat korban lagi.

Total, delapan korban sudah keluar dari perut Gua Tham Luang Nang Non di perbatasan Thailand-Myanmar tersebut. Kini tersisa empat remaja lagi di lokasi yang disebut Chamber 3 itu. Juga si asisten pelatih yang berusia 25 tahun.

BACA JUGA: Tim Sepak Bola Terjebak di Gua, Bos Tesla Tawarkan Solusi

Menurut Associated Press, operasi penyelamatan pada hari kedua dihentikan sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Rencananya, evakuasi dilanjutkan hari ini (10/7).

Sitthichai Klangpattana, relawan yang membantu misi evakuasi, menyatakan bahwa tingkat keberhasilan operasi kemarin sama dengan hari pertama. Sama-sama mengevakuasi empat anak.

BACA JUGA: Optimistis Selamat, Minta Disiapkan Makanan Enak

Korban selamat pertama keluar dari mulut gua sekitar pukul 16.30. Dia terlihat ditandu menuju helikopter. Sama seperti tahapan evakuasi sehari sebelumnya, kemarin pun korban selamat dibawa dengan ambulans menuju Chiang Rai Prachanukroh Hospital. Di rumah sakit itu pula empat korban selamat yang dievakuasi Minggu dirawat.

Setelah korban pertama, dua remaja lainnya pun menyusul keluar dari mulut gua. Sebelum diterbangkan dengan helikopter, mereka diperiksa paramedis yang bersiaga di sekitar gua dengan peralatan medis lengkap. Tak lama kemudian, korban keempat keluar. Dia pun langsung diusung ke lokasi aman, tempat paramedis menanti.

Narongsak Osatanakorn, komandan tim evakuasi, mengatakan bahwa operasi tahap kedua kemarin sukses. Masih dengan metode yang sama, buddy diving, empat korban dapat dikeluarkan dari gua yang tingkat oksigennya tercatat 15 persen tersebut.

Narongsak menjelaskan, tim penyelamat membutuhkan waktu sekitar 20 jam untuk mempersiapkan jadwal evakuasi selanjutnya. Waktu itu pun bisa berubah, bergantung faktor cuaca atau pasang surut air. ”Operasi hari ini (kemarin, Red) kami lakukan lima jam sebelum jadwal sebelumnya. Sebab, kondisi cuaca sangat mendukung,” jelasnya.

Sayang, ramalan cuaca di sekitar lokasi gua sampai saat ini masih menyebutkan adanya potensi hujan deras. Padahal, hujan dengan curah sedikit saja bisa memengaruhi ruang gerak tempat korban berada.

Menteri Kesehatan Publik Thailand Jatyad Chokmangmuk menyatakan, masalah kesehatan yang paling dikhawatirkan sampai saat ini adalah soal oksigen.

Menurut dia, semua korban sudah berhari-hari terpapar di lingkungan dengan level oksigen rendah. Semakin lama mereka berada di sana, dia khawatir kesehatan mereka terus menurun.

”Untuk yang sudah diselamatkan, kami terus memeriksa aspek kadar oksigen, malanutrisi, dehidrasi, trauma, dan dampak psikologis lainnya. Tapi, perhatian paling besar memang soal oksigen,” ungkapnya.

Meski begitu, semua warga Thailand dan masyarakat dunia terus berdoa untuk keselamatan para korban yang masih terjebak. Termasuk para siswa Mae Sai Prasitsart School.

Sekolah tersebut merupakan tempat enam remaja dari tim sepak bola itu mengenyam pendidikan. Direktur Sekolah Kanet Pongsuwan menyampaikan, sekolah siap menyediakan kelas khusus bagi mereka untuk mengejar ketertinggalan pelajaran.

Selain itu, kelas khusus tersebut diselenggarakan agar para korban bisa bersekolah tanpa harus punya beban mental. Dia takut anak-anak itu merasa bersalah dengan segala sesuatu yang terjadi selama penyelamatan.

Termasuk meninggalnya Saman Gunan, salah seorang mantan anggota penyelam Seal Thailand yang menjadi sukarelawan dalam misi evakuasi tersebut.

”Kami akan memberikan dukungan. Tapi juga membantu agar mereka tidak merasa diperlakukan berbeda. Kami akan menegaskan bahwa tidak ada yang menyalahkan mereka atas musibah ini,” tandas Kanet. (bil/c9/tom)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bertarung dengan Alam dan Waktu, Selamatkan 12 Anak dari Gua


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler