SIDOARJO - Setelah dua hari warga Syiah Sampang menghuni flat Pasar Induk Agribisnis (PIA) Jemundo, Sidoarjo, trauma yang mereka alami pasca dievakuasi dari GOR Tennis Indoor Sampang masih membekas. Ada sepuluh orang yang sakit mendadak.
''Masih banyak teman-teman kami yang mentalnya down. Mereka tiba-tiba sakit,'' terang Iklil Almilal, koordinator pengungsi, Jumat (21/6).
Menurut dia, warga sampai sekarang masih tidak bisa menerima pengusiran paksa yang dilakukan Pemkab Sampang. Mereka menuntut untuk dipulangkan ke tanah asal mereka. ''Ada beberapa warga yang mengancam. Jika tidak dikembalikan, mereka akan pulang paksa,'' jelasnya.
Menurut dia, alasan tersebut wajar. Sebab, tidak ada angin, tidak ada hujan, mereka langsung diusir dari tempat mereka berteduh. Setiap ditanya tentang alasan pengusiran, pemda hanya ngomong atas nama keselamatan mereka.
Bahkan, ketika ditanya kapan mereka akan dipulangkan, Pemkab Sampang maupun Pemprov Jawa Timur tidak bisa memberikan kepastian.
Selain itu, di tanah kelahirannya, banyak warga yang sampai kini bekerja sebagai petani. Mereka memiliki lahan pertanian sendiri. Meski berada di pengungsian, setiap tiga kali dalam seminggu, warga tetap mengerjakan lahan di desa.
Aklil menyatakan, tidak ada perlawanan atau pengusiran saat dia dan warga Syiah lain kembali mengerjakan tanah sawah. ''Itu bukti bahwa sebenarnya bukan warga Sampang yang mengusir, tapi pemerintah,'' tuturnya. Mereka juga mengeluhkan pendidikan anak-anak.
Berdasar data yang dihimpun, ada 58 kepala keluarga (KK) di antara 151 warga Syiah Sampang yang mendekam di flat Puspa Agro. Terdapat 25 balita dan sisanya orang dewasa.
Untuk pembagian tempat, satu ruang dihuni satu KK. Kamar tersebut dilengkapi satu dapur, satu kamar mandi, dan satu kamar tidur.
Kabag Sosial Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat Pemprov Jatim Indera Istianto menjelaskan, seluruh kebutuhan pengungsi sudah dicukupi. Yakni, mulai sandang, pangan, serta papan. ''Komitmen kami adalah membantu pengungsi,'' ucapnya.
Untuk makanan, pengungsi sudah disiapkan dapur khusus. Yang menyediakan makanan dalam dua hari ini adalah pihak Tagana Sidoarjo. Selama tiga hari ke depan, mereka mungkin diberi uang, sehingga bisa membeli sendiri.
Tidak hanya itu, pemprov juga berencana untuk memberikan modal bagi pengungsi agar bisa menjadi pedagang di Puspa Agro.
Terpisah, Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono membantah bahwa komunitas Syiah di GOR Tennis Indoor, Sampang, diusir oleh warga setempat. "Mereka hanya kami amankan di tempat yang lebih baik. Syukurlah, semua berjalan lancar, tanpa ada korban," ujarnya. (aph/kus/c18/ami)
''Masih banyak teman-teman kami yang mentalnya down. Mereka tiba-tiba sakit,'' terang Iklil Almilal, koordinator pengungsi, Jumat (21/6).
Menurut dia, warga sampai sekarang masih tidak bisa menerima pengusiran paksa yang dilakukan Pemkab Sampang. Mereka menuntut untuk dipulangkan ke tanah asal mereka. ''Ada beberapa warga yang mengancam. Jika tidak dikembalikan, mereka akan pulang paksa,'' jelasnya.
Menurut dia, alasan tersebut wajar. Sebab, tidak ada angin, tidak ada hujan, mereka langsung diusir dari tempat mereka berteduh. Setiap ditanya tentang alasan pengusiran, pemda hanya ngomong atas nama keselamatan mereka.
Bahkan, ketika ditanya kapan mereka akan dipulangkan, Pemkab Sampang maupun Pemprov Jawa Timur tidak bisa memberikan kepastian.
Selain itu, di tanah kelahirannya, banyak warga yang sampai kini bekerja sebagai petani. Mereka memiliki lahan pertanian sendiri. Meski berada di pengungsian, setiap tiga kali dalam seminggu, warga tetap mengerjakan lahan di desa.
Aklil menyatakan, tidak ada perlawanan atau pengusiran saat dia dan warga Syiah lain kembali mengerjakan tanah sawah. ''Itu bukti bahwa sebenarnya bukan warga Sampang yang mengusir, tapi pemerintah,'' tuturnya. Mereka juga mengeluhkan pendidikan anak-anak.
Berdasar data yang dihimpun, ada 58 kepala keluarga (KK) di antara 151 warga Syiah Sampang yang mendekam di flat Puspa Agro. Terdapat 25 balita dan sisanya orang dewasa.
Untuk pembagian tempat, satu ruang dihuni satu KK. Kamar tersebut dilengkapi satu dapur, satu kamar mandi, dan satu kamar tidur.
Kabag Sosial Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat Pemprov Jatim Indera Istianto menjelaskan, seluruh kebutuhan pengungsi sudah dicukupi. Yakni, mulai sandang, pangan, serta papan. ''Komitmen kami adalah membantu pengungsi,'' ucapnya.
Untuk makanan, pengungsi sudah disiapkan dapur khusus. Yang menyediakan makanan dalam dua hari ini adalah pihak Tagana Sidoarjo. Selama tiga hari ke depan, mereka mungkin diberi uang, sehingga bisa membeli sendiri.
Tidak hanya itu, pemprov juga berencana untuk memberikan modal bagi pengungsi agar bisa menjadi pedagang di Puspa Agro.
Terpisah, Kapolda Jatim Irjen Pol Unggung Cahyono membantah bahwa komunitas Syiah di GOR Tennis Indoor, Sampang, diusir oleh warga setempat. "Mereka hanya kami amankan di tempat yang lebih baik. Syukurlah, semua berjalan lancar, tanpa ada korban," ujarnya. (aph/kus/c18/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Empat Orang Tewas di Sumur Maut
Redaktur : Tim Redaksi