Pengurus Golkar Mulai Panggil Idrus Marham Pak Menteri

Jumat, 03 Juni 2016 – 10:41 WIB
Idrus Marham. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto masih mengelak saat disinggung soal nama Sekjen DPP Idrus Marham yang digadang-gadang bakal masuk ke Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-JK.

Namun Novanto tak membantah, pihaknya sudah menyiapkan kader jika Presiden Joko Widodo membutuhkannya. "Sampai sekarang memang belum ada permintaan apa-apa. Tapi kalau langkah-langkah itu, presiden sangat mengetahui. Jika ada permintaan, kami akan siapkan kader," katanya, seperti dikutip dari Fajar, Jumat (3/6).

BACA JUGA: Selamat Jalan Bang Mangara Siahaan....

Novanto mengungkap hal itu di sela rapat pleno perdana pengurus DPP Golkar hasil munaslub Bali di kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Kamis (2/6).

Dia tetap menolak menanggapi isu yang menyebutkan Idrus di posisi teratas untuk masuk di kabinet. "Kami percayakan ke presiden. Kalau reshuffle harus ke presiden," ucapnya.

BACA JUGA: Hukuman untuk SDA Bertambah, KPK Masih Pikir-Pikir

Sementara itu, sejumlah pengurus teras DPP Golkar sudah mulai memanggil Idrus dengan sebutan menteri. Idrus pun hanya tersenyum setiap dipanggil "Pak Menteri", dan diberi ucapan selamat oleh kader. 

Salah seorang pengurus Golkar, Tantowi Tahya mengaku sudah harus membiasakan diri memanggil Idrus dengan sebutan Pak Menteri. "Saya harus terbiasa ini, memanggil menteri. Jadi harus belajar mengubah cara saya memanggil dari selama ini selalu memanggil "jen" (Sekjen) menjadi menteri," ucapnya sembari tersenyum kepada Idrus kemarin.

BACA JUGA: TNI AL Rumuskan Aturan Penegakan Hukum Di Laut

Idrus Marham yang dimintai komentar terus mengelak bahwa sudah ada pembicaraan mengenai menteri. Idrus mengatakan, sampai saat ini sama sekali belum ada kalimat yang mengarah pada jabatan menteri dari Ketua Umum Golkar, Setya Novanto. "Belum ada, jangan dulu lah. Itu belum dibicarakan," ucapnya.

Pria asal Kabupaten Pinrang ini menegaskan jika ingin mengupas masalah menteri maka harus diawali dengan isu reshuffle. Jika sudah ada isu reshuffle yang akan dilakukan presiden, barulah bisa ada perbincangan kemungkinan untuk bergabung di kabinet. (muh arman/kasman/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lebaran 2016, Pelni Siap Layani Penumpang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler