Pengusaha Batik dan PT TDC Nilai Keamanan Digital Jadi Kunci Peningkatan QRIS

Sabtu, 21 September 2024 – 17:27 WIB
Direktur Utama PT TDC sedang mempresentasikan ke Merchant tentang cara mengunakan aplikasi Poskulite. Foto: dok sumber

jpnn.com, JAKARTA - Pengurus Asosiasi Pengrajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) Ahmad Filasuf dan praktisi serta direktur utama PT Trans Digital Cemerlang (PT TDC) Indra menyakini keamanan digital menjadi kunci utama meningkatnya kepercayaan pedagang mengunakan QRIS dalam bertransaksi.

Filasuf mengatakan pentingnnya peningkatan keamanan digital dalam bertransaksi merupakan aspirasi yang kerap disuarakan pengusaha batik di daerah.

BACA JUGA: QRIS Bikin Pembayaran Digital Makin Mudah dan Aman, Peritel Ikut Diuntungkan

Dia sendiri mengaku pernah menjadi korban, bahkan rekeningnya dibobol oleh penipu.

"QRIS atau pembayaran digital disalahgunakan orang jahat. Jadi mereka pura-pura sudah transfer atau scan barcode QRIS. Awalnya terlihat di HP pelaku sudah bayar, setelah dicek, ternyata tidak masuk ke rekening. Ada juga yang stiker barcode QRIS diganti, jadi keamanan perbankan dan jaringan harus ditingkatkan," katanya.

BACA JUGA: KADIN & Perusahaan Teknologi Sepakat: Literasi dan Internet Kunci Pengembangan QRIS

Filasuf menambahkan para pedagang batik di daerah juga berharap adanya peningkatan kualitas jaringan internet.

Hal ini untuk mempermudah pedagang dalam bertransaksi dengan cepat dan efektif.

BACA JUGA: Pekan QRIS di Palembang Capai 677 Transaksi Selama Tiga Hari

Filasuf mengakui penggunaan pembayaran atau transaksi digital di kalangan asosiasinya sudah semakin banyak digunakan baik di kota-kota besar maupun daerah.

Ia mengatakan sebelum adanya pandemi Covid-19 yang yang sangat berdampak pada dunia usaha, pengusaha dan pengrajin batik udah mulai serba online dan cashless.

Selain pakai QRIS dalam bertransaksi, pengusahan batik udah terbiasa dengan mesin EDC atau transfer bank.

Filasuf juga mengatakan penggunaan QRIS atau transaksi digital lain sudah dipakai para pengusaha batik di daerah-daerah di luar pulau Jawa hingga kepulauan.

"Sudah sampai 90 persen pengusaha dan pengrajin batik baik yang di kalangan grosir atau toko saat ini sudah menggunakan QRIS atau miminal mesin EDC. Sudah jarang sekali pakai cash," kata Filasus, yang merupakan pengusaha Batik Pesisir ini.

Sementara itu Indra, menyebutkan sejumlah hal yang perlu diantisipasi secara dini agar terhindar dari penipuan.

Salah satunya adalah kriteria perusahaan yang memberi pendampingan atau menyediakan layanan aplikasi untuk pengunaan QRIS dalam bertransaksi.

“Perusahaan yang melakukan pendampingan dan konsultasi keuangan digital sudah memiliki ISO 9001:2015 tentang Manajemen Mutu, ISO 37001:2016 Tentang Sistem Manajemen anti Penyuapan, dan ISO 27001:2022 tentang Sistem Keamanan Informasi,” ujarnya.

Antisipasi lain yang bisa dilakukan adalah system waktu saat transaksi QRIS berlangsung.

Ia mencontohkan produk perusahaannya Poskulite yang menyediakan QRIS untuk transaksi pembayaran.

“QRIS nya akan non aktif jika dalam waktu 2 menit tidak terjadi transaksi,” jelasnya.

Indra menambahkan kunci utama lainya menghindari aksi penipuan atau penyalagunaan QRIS adalah edukasi yang massif, komprensif dan melibatkan semua pihak.

Pihaknya juga terus melakukan edukasi pengunaan QRIS kepada komunitas terutama UMKM di seluruh Indonesia.

“Poskulite mengandeng komunitas seperti Tamado Grup, IKAPPI di Bali dan ikut berpartisipasi dalam beberapa acara seperti Jateng Fair dan ABC Sport di Pandeglang dalam rangka edukasi transaksi digital, salah satunya QRIS,” tegasnya.

Menurutnya, Posku Lite ingin menghapuskan pandangan mengenai penggunaan aplikasi kasir yang sulit dan harga yang terlalu tinggi terutama untuk pebisnis pemula.

Indra mengakui masih minimnya wawasan dan literasi yang ada, membuat masyarakat, khususnya pelaku usaha masih takut menggunakan aplikasi digital tersebut.

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta mengatakan, BI bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), dan pelaku industri Penyedia Jasa Pembayaran (PJP), selalu melakukan sosialisasi dan edukasi terkait keamanan transaksi QRIS kepada para merchant.

"Kenapa ini jadi tanggungjawab bersama dari sisi pedagangnya dari merchantnya, pedagang itu harus memastikan QRIS itu dalam pengawasannya. Barcodenya itu ada dalam pengawasannya. Jangan barcodenya ditaruh disembarang tempat. Jadi harus diawasi kalau pembelinya itu men-scan QRIS yang ada di depan dia atau dalam mesin EDC," ujar Filianingsih saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (20/6).

Filianingsih berpesan kepada para pengguna QRIS untuk selalu melakukan pengecekkan status setelah melakukan pembayaran.

Setelah itu, menurutnya, akan ada notifikasi atau pemberitahuan ke si penjual. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler