MAJENANG-Kebijakan pemerintah menaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) membuat pengusaha kecil kembang kempis. Sebab kenaikan TDL mendorong naiknya biaya operasional sampai 10 persen. Akibatnya, mereka tidak bisa menjual produk dengan harga seperti biasanya.
"Yang pasti kenaikan TDL sangat memberatkan, ongkos produksi naik 10 persen," ujar Nasirudin, pemilik salah satu percetakan di Majenang, Selasa (2/4). Disisi lain, pengusaha kecil Majenang seperti dirinya harus bisa menekan ongkos produksi yang berujung pada rendahnya harga jual.
Ini dilakukan karena saat ini Majenang tengah diserbu sejumlah pengusaha percetakan luar daerah dengan modal besar. "Kita harus bersaing dengan pemodal besar agar harga bisa bersaing," katanya. Keluhan senada diungkapkan oleh Eko Sugianto. Pelaku usaha bidang jasa informasi ini mengakui, kenaikan TDL akan memberatkan.
Belum lagi dengan seringnya mati lampu yang membuat kerusakan pada alat seperti komputer. "Yang pasti akan membebani kita. Kemarin saja sebelum naik, kita harus sering perbaiki komputer karena listrik sering mati," jelasnya. Dia meminta agar kenaikan TDL ini dibarengi peningkatan kinerja PLN.
Sebab konsumen pada akhirnya yang harus merasakan jika ada masalah seperti mati lampu. Di sisi lain, kebijakan mati lampu ini sering kurang disosialisasikan secara luas kepada masyarakat. "Pelayanan harus naik seiring kenaikan tarif," ujarnya.
Bendahara Yayasan El Bayan, Maslan mengatakan, kenaikan TDL berapapun akan membawa pengaruh kepada masyarakat secara luas. Memang, kenaikan ini tidak serta merta mendorong biaya konsumsi secara umum seperti halnya kenaikan harga BBM. "Namun tetap saja memberatkan masyarakat," katanya.
Sebelumnya, PLN mengakui kenaikan TDL sebesar 4,3 persen dalam kuartal II berlaku mulai 1 April ini sampai Juni 2013 karena sudah ada kepakatan pemerintah dan DPR. Kenaikan TDL ini dilakukan pemerintah untuk menurunkan subsidi listrik yang angkanya telah menembus Rp 90 triliun dan juga menaikkan rasio elektrifikasi Indonesia yang baru 75 persen. (har/din)
"Yang pasti kenaikan TDL sangat memberatkan, ongkos produksi naik 10 persen," ujar Nasirudin, pemilik salah satu percetakan di Majenang, Selasa (2/4). Disisi lain, pengusaha kecil Majenang seperti dirinya harus bisa menekan ongkos produksi yang berujung pada rendahnya harga jual.
Ini dilakukan karena saat ini Majenang tengah diserbu sejumlah pengusaha percetakan luar daerah dengan modal besar. "Kita harus bersaing dengan pemodal besar agar harga bisa bersaing," katanya. Keluhan senada diungkapkan oleh Eko Sugianto. Pelaku usaha bidang jasa informasi ini mengakui, kenaikan TDL akan memberatkan.
Belum lagi dengan seringnya mati lampu yang membuat kerusakan pada alat seperti komputer. "Yang pasti akan membebani kita. Kemarin saja sebelum naik, kita harus sering perbaiki komputer karena listrik sering mati," jelasnya. Dia meminta agar kenaikan TDL ini dibarengi peningkatan kinerja PLN.
Sebab konsumen pada akhirnya yang harus merasakan jika ada masalah seperti mati lampu. Di sisi lain, kebijakan mati lampu ini sering kurang disosialisasikan secara luas kepada masyarakat. "Pelayanan harus naik seiring kenaikan tarif," ujarnya.
Bendahara Yayasan El Bayan, Maslan mengatakan, kenaikan TDL berapapun akan membawa pengaruh kepada masyarakat secara luas. Memang, kenaikan ini tidak serta merta mendorong biaya konsumsi secara umum seperti halnya kenaikan harga BBM. "Namun tetap saja memberatkan masyarakat," katanya.
Sebelumnya, PLN mengakui kenaikan TDL sebesar 4,3 persen dalam kuartal II berlaku mulai 1 April ini sampai Juni 2013 karena sudah ada kepakatan pemerintah dan DPR. Kenaikan TDL ini dilakukan pemerintah untuk menurunkan subsidi listrik yang angkanya telah menembus Rp 90 triliun dan juga menaikkan rasio elektrifikasi Indonesia yang baru 75 persen. (har/din)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan: Saya Harus Tahu Kondisi Myanmar
Redaktur : Tim Redaksi