Pengusaha Tahu Terancam Bangkrut

Kamis, 26 Juli 2012 – 12:18 WIB

CILEDUG - Belasan pabrik tahu dan tempe di wilayah timur Cirebon (WTC) terancam gulung tikar. Hal itu terkait dengan melonjaknya harga kedelai memasuki musim kemarau dan bulan Ramadan. Tidak tanggung-tanggung, kenaikan harga kedelai mencapai 50 persen dari harga biasa.

Menurut salah seorang pengusaha tahu terkenal di Desa Ciledug Lor RT 06 RW 02, Kecamatan Ciledug, Madrais, kenaikan kedelai sudah terjadi pada awal Juli 2012. Kenaikan tersebut terus berangsur-angsur hingga mencapai puncaknya pada awal Ramadan lalu.

Dikatakan Madrais, untuk satu kilogram kedelai, dibelinya dari petani di wilayah Cirebon sebesar Rp7.700. Padahal, dirinya selalu membeli kedelai seharga Rp5.000 per kilogram sebelum bulan Ramadan. "Karena ada kenaikan kedelai, kita tidak bisa kejar terget pemasukan. Akibatnya, kita selalu menutupi bahan baku dari hasil keuntungan saja. Sangat sulit untuk meraih untung besar," paparnya saat ditemui di tempat usahanya.

Pria berkacamata ini menambahkan, jika tidak bisa mempertahankan pemasukan dengan pembelian bahan baku, maka mau tak mau siapa pun pengusahanya dipastikan gulung tikar. Madrais menyebut, di wilayah Kecamatan Ciledug dan Pabuaran saja, ada belasan yang terpaksa berhenti beroperasi mengolah tahu dan tempe. "Alasan gulung tikar ya itu, pengusaha tidak punya manajerial yang baik," ungkapnya.

Untuk mencari solusi, Madrais tidak menaikkan harga tahu per buah. Dirinya hanya menaikkan harga tahu per kotak (ancak, red) Rp1.000 dengan isi 120 buah tahu, baik jenis tahu asin, tahu kuning, dan tahu putih. "Kalau dinaikkan harganya, kita takut tidak laku. Sebaliknya, jika kita tidak menaikkan harga, pasti akan rugi besar. Makanya, saya siasati dengan menaikkan harga per kotak saja supaya ada jalan tengah antara harga dan pembuatan tahu," jelasnya.

Selain terkendala harga kedelai, Madrais tidak memiliki kendala lain. Seperti soal kekeringan yang kini tengah terjadi di semua wilayah. "Di sini air sangat bagus, tidak ada kekurangan," kata dia. Lebih jauh, Madrais menerangkan, keuntungan per hari yang didapat dirinya selama mengolah kedelai menjadi tahu selalu variatif. Sebab, dari 6 kuintal kedelai, bisa menghasilkan 324 ribu tahu untuk semua jenis baik tahu asin, kuning, maupun putih. "Belum pernah minus kalau bicara soal keuntungan. Tapi yang jelas, keuntungannya minim. Itu juga habis buat memberi gaji karyawan. Saya harapkan pemerintah berpikir keras untuk bagaimana caranya menurunkan harga kedelai ini," tuturnya.

Terpisah, pengusaha tempe asal Desa Jatiseeng, Kecamatan Ciledug, Suta juga mengaku resah dengan kenaikan kedelai akhir-akhir ini. Menurutnya, jika terus terjadi kenaikan meski dalam nominal kecil, dirinya khawatir tidak bisa menjalankan usahanya. "Tempe itu bahan bakunya adalah kedelai. Kalau kedelainya saja mahal, kita sulit untuk menstabilkan harga," ucapnya.

Informasi yang dihimpun Radar, ada rencana mogok masal nasional oleh para pengusaha tahu dan tempe, terkait tidak stabilnya harga kedelai di seluruh Indonesia. Namun, bagi Madrais dan Suta, hal itu bukan menjadi solusi menekan harga kedelai. (mid)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Karena Buang Air Kecil, Buruh Dipecat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler